Jakarta (ANTARA News) - Saat Associazione Calcio (AC) Milan kalah 2-3 dari Manchester United di Stadion Old Trafford, pada Selasa (24/4), keluarnya gelandang Gennaro Gattuso, karena mengalami cedera, disebut-sebut menjadi penyebab terbesar kekalahan "Rossoneri". "Gattuso mengalami cedera kaki kirinya. Dan dia harus meninggalkan lapangan dengan kesakitan. Namun kami optimistis tentang kepulihannya saat Milan menghadapi MU. Dia akan siap untuk kembali ke San Siro," kata staf medis klub AC Milan. Kekalahan "Red Devils" dari "Il Diavolo" dengan skor 0-3 di hadapan publik San Siro mengundang pertanyaan, siapa sebenarnya roh dan jiwa dari tim asuhan Ancelotti? Sejumlah pers Italia menyebut sosok Gennaro Gattuso yang dibaptis sebagai roh dan jiwa AC Milan. Tipe penampilannya mencitrakan sebagai seorang pekerja, buruh yang bersimbah keringat ketimbang berteori di atas meja. Sebagai gelandang bertahan, ia menyokong penguasaan lapangan tengah dan memilih cepat turun ke jantung pertahanan sendiri manakala lawan menyerang. Ujung tombak MU, Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo dibuat tidak berlama menguasai bola. Gayanya lugas, bahkan terkesan berapi-api layaknya orang Italia. Akibat memrotes keputusan wasit Belgia, Frank de Bleeckere, ia menerima kartu kuning. Pasalnya, Gattuso tidak terima sikap pemain MU yang meneruskan permainan tanpa memedulikan kondisi rekannya Kaka yang terjatuh karena terganjal oleh salah seorang pemain belakang "Setan Merah". Meski tidak bermain penuh karena diganti oleh Gilardino, Gattuso terus menyemangati rekan-rekannya dengan berteriak. Berada di luar lapangan, ia tampak mengelus pipi Ancelotti. Bukan main. "Saya bangga karena para pemain tampil sangat mengesankan. Akhirnya kami dapat sampai ke babak final, mengulangi final tahun 2005 ketika melawan Liverpool. Gattuso merupakan jiwa dan roh dari tim," kata Ancelotti. Pemain yang lahir pada 9 Januari 1978 di Corigliano Callabro, Italia ini menyebut penampilan timnya sebagai "mukjizat", karena AC Milan melaju ke Liga Champions dengan sejumlah masalah, antara lain cederanya sejumlah pemain dan skandal suap di liga lokal. Rumus sukses timnya tidak terbilang muluk. "Kami menunjukkan kebanggaan dan kepercayaan diri serta memiliki pengalaman bertanding," katanya. Kekalahan MU ini seakan mendobrak salah satu tesis dalam sepakbola yakni "Kick and Rush" yang menjadi andalan umumnya tim-tim Inggris. Meski terdiri atas pemain-pemain berusia di atas 30 tahun, Milan tampil dengan kematangan mental bertanding. Manajer MU, Sir Alex Ferguson mengakui kehebatan penampilan anak-anak Milan. "Mereka tampil prima, baik dari segi mental maupun fisik. Kami bertekuk lutut dari tim yang penampilannya luar biasa," katanya. Barisan pertahanan MU dibuat panik, ketika Gattuso yang memiliki nama lengkap Gennaro "Rino" Ivan Gattuso, merangsek dari lapangan tengah untuk mencari Kaka atau Seedorf. Gelandang bertahan di timnas Italia ini memulai karier sepakbola di Perugia. Usia 19 tahun, ia ditransfer ke sebuah tim sepakbola Skotlandia, Rangers. Walter Smith terbilang orang yang berjasa bagi dirinya, karena memboyong Gattuso ke Glasgow sampai tahun 1998. Waktu itu Smith menjadi penerus dari pelatih Belanda Dick Advocaat. Pada Oktober 1998, ia dijual ke Salernitana dengan nilai enam juta poundsterling. Milan kemudian membeli Gatusso dengan harga delapan juta poundsterling pada tahun 1999. Setibanya di Milan, ia diberi peran sebagai pemain sayap. Ia kerapkali beroperasi sebagaimana layaknya pemain gelandang tengah, bahkan ikut bertarung bersama para pemain depan lawan. Selama di Milan, karakter bermainnya berkembang pesat bahkan mampu melakukan "tackling" secara bersih, dan mampu bekerja keras. Dengan begitu, ia menyandang "nickname" sebagai Ringhio ("Growl" atau "the Snarler"). Ia tidak enggan menarik tangan lawannya untuk segera bangun karena baru saja kena "tackling". Perpanjang kontrak Memasuki periode 2005, sejumlah pers Inggris meributkan bahwa Gattuso berambisi bergabung ke MU, meski ia kemudian menolak rumor itu. "Saya masih betah di AC Milan dan akan terus bermain di Liga Serie A Italia pada musim mendatang," kata pemain yang telah bermain sebanyak kurang lebih 300 pertandingan selama tergabung dalam klub. Untuk memupus beredarnya rumor mengenai lirikannya ke MU, ia memperpanjang kontrak bersama dengan Milan sampai tahun 2011, terhitung sejak 1 Februari 2007. Ia beberapa kali membela negaranya dalam sejumlah ajang sepakbola bergengsi misalnya Piala Dunia tahun 2002, Euro 2004 dan Piala Dunia 2006. Ketika bertanding melawan Ukraina dalam pertandingan Piala Dunia FIFA 2006, Gatusso menyabet gelar sebagai pemain terbaik. Hatinya terlanjur sayang atau tidak bisa ke lain hati, selain kepada Glasgow, karena di kota itu ia menikah dengan Monica yang memberinya satu puteri bernama Gabriela. "Impianku bermain untuk Manchester United," katanya kepada harian The Mail. "Saya selalu ingin memperoleh pengalaman baru, untuk satu atau dua tahun ke depan. Saya memilih United atau Chelsea untuk ke depannya," kata pemain yang menaruh hormat kepada pemain timnas Inggris Keane. "Meski begitu saya tetap bahagia di Milan. Ini semua terpulang pada stimulus dalam karier anda masing-masing. Inilah jawaban saya," katanya pula. Gatusso memang tampil sebagai salah satu ikon Milan, yang terkenal sebagai kota mode dan kota pekerja. Milan dipadati oleh buruh migran yang berasal dari Italia Selatan. Penduduk Inter Milan secara tipikal masuk dalam kategori kelas menengah ke atas. Tidak heran bila Gennaro Gattuso menghargai pekerjaan dengan bersimbah keringat, memilih bepetualang, bukan berteori di atas meja, merumuskan kebijakan-kebijakan yang terkadang kurang membumi. (*)

Copyright © ANTARA 2007