Sanaa (ANTARA News) - Wakil presiden pemerintah Yaman yang diakui internasional pada Sabtu (4/3) menyeru tentara negeri itu agar bergabung dengan pasukan pemerintah melawan gerilyawan Al-Houthi.

Wakil Presiden Yaman Ali Mohsen Al-Ahmar mengeluarkan seruan itu dalam satu pertemuan dengan para komandan pasukan pemerintah di Kota Marib, yang sudah dibebaskan, kata satu pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Yaman, Saba.

Namun banyak daerah Marib, provinsi yang kaya akan minyak di sebelah timur Ibu Kota Yaman, Sanaa, masih dikuasai gerilyawan Syiah Al-Houthi.

Dalam persiapan militer dukungan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk menyerbu Sanaa, pasukan pemerintah sekarang mengambil posisi di bagian timur Kabupaten Nehm, sekitar 50 kilometer di sebelah timur-laut ibu kota Yaman, yang dikuasai gerilyawan.

"Kami menyambut tentara yang datang dan akan bergabung dengan pemerintah yang sah dan menyeru yang lain agar bergabung dengan pasukan kami melawan gerilyawan Al-Houthi," kata Al-Ahmar, sebagaimana dikutip Xinhua.

Tindakan Al-Ahmar dilakukan dua hari setelah seruan lain mobilisasi militer dikeluarkan oleh musuh pemerintah, mantan presiden Ali Abdullah Saleh --yang menjadi sekutu utama kelompok gerilyawan Al-Houthi.

Saleh pada Kamis (2/3) mendesak militer Yaman agar bergabung dengan petempur milisi Syiah tersebut dalam perang perbatasan melawan pasukan militer pimpinan Arab Saudi, sekutu utama Pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang diakui masyarakat internasional.

Di dalam pidatonya, Saleh juga kembali mengeluarkan seruan agar tidak dilanjutkan pembicaraan perdamaian dengan Presiden Hadi, yang hidup di pengasingan, dan pemerintahnya. Saleh menggambarkan mereka sebagai "tentara bayaran".

Tindakan itu juga menunjukkan makin meningkatnya ketegangan militer Yaman dengan tetangganya, Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer kebanyakan negara Arab dalam mendukung Presiden Hadi melawan petempur Al-Houthi.

Kementerian Pertahanan Yaman telah dikuasai Al-Houthi sejak mereka menguasai Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada September 2014.

Namun, militer nasional Yaman telah bersikap netral sejak itu dan juga tetap netral setelah gerilyawan Al-Houthi menggulingkan Presiden Hadi dan memaksa dia bersama pemerintahnya hidup di pengasingan.

Pemerintah Presiden Hadi dan gerakan gerilyawan memperlihatkan peningkatan militer, terutama setelah beberapa babak pembicaraan perdamaian yang diperantarai oleh PBB mengalami kegagalan.

(C003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017