Muara Teweh (ANTARA News) - Puluhan tongkang batubara baik yang bermuatan ribuan ton maupun yang kosong kini terperangkap di wilayah kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah akibat tidak bisa melewati jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh karena ketinggian air sungai Barito di atas normal. Pemantauan ANTARA News ketika menyusuri sungai Barito, Sabtu, sebanyak 15 buah tongkang bermuatan batubara rata-rata 3.000 ton lebih berlabuh di pinggiran sungai Barito di wilayah Bukau kecamatan Teweh Tengah. Deretan tongkang bermuatan batubara dengan sejumlah kapal tarik (tub boat) itu berada sekitar 5 kilometer arah Utara atau hulu kota Muara Teweh bersandar di sekitar hutan pinggiran sungai. "Tongkang ini bersandar empat hari terakhir, mereka dilarang melewati jembatan KH Hasan Basri karena ketinggian air tidak aman untuk melalui bawah jembatan," kata Rizalfi petugas Teknis Lalulintas Sungai pada Dinas Perhubungan Barut saat berada di atas kapal tarik (tug boat) Zeal 03 guna memantau sejumlah tongkang batubara itu. Tongkang diantaranya milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral (MGM) yang arealnya di wilayah kabupaten Murung Raya (Mura), Kalteng sebanyak 10 buah berukuran antara 220 ? 240 feet bermuatan antara 3.000 sampai 3.800 ton batubara jenis premium berkalori 8,8 kilokalori. Kemudian, sisanya di daerah hulu ada tiga buah milik PT Sinar Barito Global (SBG) dan PT Victor Dua Tiga Mega (VDTM), kedua perusahaan ini lokasi tambangnya di wilayah kecamatan Lahei kabupaten Barut. "Ketinggian air dipermukaan hingga bagian bawah jembatan hanya 6,9 meter, sementara tongkang bermuatan batubara dengan mencapai 7,2 meter.Jadi untuk sementara angkutan batubara belum aman kecuali air sudah turun dengan batas normal minimal 7,5 meter," jelas Rizalfi. Sementara itu, di wilayah hilir atau Selatan jembatan KH Hasan Basri juga terlihat deretan tongkang batubara yang kosong mau masuk mengangkut tambang batubara di pelabuhan sejumlah investor tidak bisa melewati jembatan yang berkosntruksi baja Australia sepanjang 270 meter tersebut Tongkang yang tidak bisa berlayar ke kawasan hulu sungai Barito itu sebanyak delapan buah berukuran antara 230 ? 250 feet diantara untuk membawa hasil produksi batubara milik PT MGM ada enam buah dan PT VDTM dua buah serta satu tongkang bermuatan angkutan alat berat punya salah satu investor. Tongkang batubara itu tidak bisa membawa angkutannya ke luar daerah dengan tujuan pelabuhan stock file di Bengkuang kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalteng dan tujuan Tabonio, Kalimantan Selatan. "Akibatnya tertahan batubara itu pihak perusahaan mengalami kerugian biaya angkutaan untuk satu tongkang sebesar Rp10 juta per hari," ujarnya. Padahal kalau air sungai Barito dalam kondisi normal angkutan tongkang batubara milik PT MGM setiap harinya dapat membawa hasil tambangnya 2-3 tongkang. Bahkan, kini sebanyak 200 ribu ton batubara masih menumpuk di pelabuhan PT MGM karena tongkang tidak bisa masuk ke wilayah hulu, katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007