Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa cadangan devisa pada akhir Desember 2008 senilai 51,6 miliar dolar AS.

Gubernur BI Boediono dalam konferensi pers di Jakarta Rabu mengatakan bahwa cadangan devisa tersebut setara dengan empat bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Cadangan devisa ini jauh menurun dibanding perolehan tertinggi 2008 pada Juli yang mencapai 60,563 miliar dolar AS. Penurunan ini terjadi karena perekonomian Indonesia terkena imbas resesi global.

Boediono juga memperkirakan cadangan devisa hingga akhir 2009 tetap bertahan di kisaran 51 miliar dolar AS atau setara dengan 4,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Pertumbuhan Ekonomi

BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2009 akan melambat, yakni hanya tumbuh 4 sampai 5 persen.

"Pada 2009 akan terjadi perlambatan pertumbuhan permintaan komponen agregat, khususnya pada ekspor dan investasi," kata Boediono.

Sedangkan Deputi Gubernur BI Hartardi, mengatakan bahwa outlook perekonomian Indonesia 2009 sangat dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global yang ditandai resesi di beberapa negara maju dan kebijakan ekonomi dalam negeri.

Menurut Hartardi, kondisi eksternal ini diperkirakan akan membaik pada triwulan keempat 2009.

Hartardi mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 4-5 persen ini dengan sumber pertumbuhan berasal dari permintaan domestik.

BI memperkirakan permintaan domestik 2009 masih tumbuh 5,5 hingga 5,8 persen atau tak jauh berbeda dibanding 2008 sebesar 7,7 persen, sementara untuk ekspor dan jasa tumbuh 4,3 hingga 6,1 persen atau merosot cukup dalam dari 2008 yang tumbuh sekitar 13,7 persen.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009