Mangupura(ANTARA News) -  Penjual bambu di Kabupaten Badung, Bali, kebanjiran pesanan pembuatan sarana ritual penjor (hiasan bambu) menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

"Permintaan batang bambu melonjak 10 persen dibandingkan enam bulan sebelumnya saat Hari Raya Galungan dan Kuningan," kata Ketut Mukti yang berjualan di Pasar Adat Mengwi, Badung, Minggu.

Selain permintaan bambu yang cukup melonjak, kata dia, permintaan akan pelepah aren (ambu) yang digunakan sebagai bahan membuat penjor juga mengalami peningkatan dibandingkan Sabtu (1/4) lalu.

Ia menjelaskan, rata-rata permintaan bambu saat ini mencapai 30 hingga 35 batang, dibandingkan enam bulan lalu yang hanya terjual 25 hingga 30 batang bambu per harinya. "Untuk satu bilah bambu berukuran sedang dihargai Rp35 ribu perbatang dan ukuran besar Rp45 ribu per batang," ujarnya.

Sedangkan untuk harga pelepah aren, dijual Rp25 ribu perlonjor berukuran kecil dan Rp30 ribu berukuran besar. "Untuk permintaan pelepah aren cukup banyak, dalam sehari mampu menjual 10 lonjor hingga 15 lonjor," ujarnya.

Baca juga: (Bank di Bali tutup saat Galungan)

Sementara itu, Made Dani seorang pedangang bambu di Jalan Raya Sempidi, Badung mengatakan, pada H-4 Galungan permintaan bambu mengalami lonjakan, karena masyarakat di akhir pekan berbondong-bondong untuk membuat penjor.

"Karena hari Rabu (5/4) sudah Hari Raya Galungan, maka sejak kemaren (Minggu, 1/4) masyarakat sudah ada yang membeli bambu untuk membuat penjor," ujarnya.

Untuk harga bambu yang dijual rata-rata bervariasi. Untuk bambu ukuran sedang dan kecil dijual dengan harga Rp30 ribu perbatang. Sedangkan, untuk ukuran besar dibandrol dengan harga Rp40 ribu.

"Bambu yang dijualnya itu kebanyakan berasal dari sejulah kecamatan di Badung dan Kabupaten Bangli yang merupakan pusat bambu untuk bahan dasar penjor," ujarnya.

Ia mengatakan, makna dari penjor tersebut, sebagi simbol Naga Ananta Boga (pemberi kemakmuran) saat perayaan Hari Raya Galungan di Pulau Dewata.

Pewarta: I Made Surya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017