Washington (ANTARA News) - Gedung Putih Rabu mengumumkan bahwa Presiden George W. Bush telah memperpanjang selama satu tahun atas sanksi terhadap Suriah, karena yang Washington katakan, dukungannya pada terorisme. Sanksi itu dijatuhkan pada Mei 2004, kemudian diperpanjang pada April 2006, "untuk menghadapi ancaman luar biasa terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat yang meningkat akibat tindakan pemerintah Suriah", kata Bush dalam satu pernyataan yang disampaikan pada kongres AS dan diumumkan oleh Gedung Putih. Itu (tindakan Suriah) mencakup tindakan "dalam membantu terorisme, mempertahankan pendudukannya yang ada sejak itu di Libanon, pemburuannya atas senjata pemusnah massal dan program rudal, serta merusak upaya AS dan internasional berkenaan dengan stabilisasi dan pembangunan kembali Irak", kata Bush. Dalam perintah eksekutif itu, "saya nyatakan satu keadaan darurat nasional mensahkan dirintanginya properti sejumlah orang tertentu serta pelarangan ekspor dan pengeksporan kembali sejumlah barang tertentu ke Suriah", kata Bush. "Karena tindakan dan kebijakan pemerintah Suriah berlanjut untuk menimbulkan ancaman yang luar biasa" pada AS, dekrit itu "harus terus berlaku melewati 11 Mei 2007". Seorang pejabat senior pemerintah, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa Suriah "merupakan sebuah negara yang telah ditandai sebagai sponsor terorirme yang memberikan bantuan -- termasuk bantuan material dan yang mematikan -- pada (milisi Syiah Libanon) Hizbullah" dan kelompok lainnya yang Washington tandai sebagai organisasi teroris. Pejabat itu mengatakan bahwa Suriah "juga membolehkan wilayahnya untuk digunakan oleh gerilyawan, teroris dan bekas elemen rezim Saddam Hussein yang bertanggungjawab atas serangan pada AS dan terorisme terhadap rakyat Irak. "Suriah harus menghentikan campurtangannya di Libanon dan menanggapi permintaan Libanon untuk membuat batas pemisah perbatasan antara kedua negara dan membina hubungan diplomatik normal," kata pejabat itu. Washington juga ingin Suriah "untuk menghentikan tekanan pada rakyatnya sendiri dan untuk berhenti membungkam seruan mereka akan hak asasi manusia dan perubahan demokratis," pejabat itu menambahkan. Setelah acapkali menolak berbicara dengan Suriah, Menlu AS Condoleezza Rice mengadakan pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan timplannya Walid Muallem Kamis di sela konferensi mengenai Irak di tempat peristirahatan Sharm El-Sheikh, Mesir, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007