Di wilayah itu ada tempat kerja, yang membuat peluru untuk perang kimia."
Moscow (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa cemaran gas beracun di kota Khan Sheikhoun, Suriah, adalah hasil dari kebocoran gas di gudang senjata kimia pemberontak setelah ditembak dalam serangan udara dari militer Pemerintah Suriah.

"Kemarin sejak pukul 11:30 hingga 12:30 pesawat Suriah menyerang gudang peluru besar teroris dan tempat penyimpanan perangkat keras militer di pinggiran timur Khan Sheikhoun," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konoshenkov dalam pernyataan yang diunggah di YouTube, Rabu.

Ia menimpali, "Di wilayah itu ada tempat kerja, yang membuat peluru untuk perang kimia."

Amunisi kimia telah digunakan oleh pemberontak di Aleppo pada tahun lalu, ujarnya, seperti dikutip Reuters.

"Gejala korban keracunan di Khan Sheikhoun yang ditampilkan pada video dalam jaringan sosial sama, seperti yang dialami oleh mereka di musim gugur tahun sebelumnya di Aleppo," kata Konoshenkov.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyalahkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah atas serangan tersebut karena menewaskan sejumlah orang.

Namun, Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan bahwa militer Suriah tak memiliki senjata kimia jenis apapun.

Bahkan, Kementerian Pertahanan Suriah menyebut sebagai sama sekali tak berdasar adanya laporan yang menuduh Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap Kota Kecil Khan Sheikhoun, yang dikuasai gerilyawan, di Provinsi Idlib di bagian barat-laut negeri tersebut pada Selasa pagi (4/4).

Pengamat Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan 58 orang tewas dan puluhan orang lagi cedera akibat serangan itu.

Adapun Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV Pan-Arab Al-Mayadeen bahwa gerilyawan yang didukung oleh Prancis, Inggris, Turki dan Arab Saudi lah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.

Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagai diatur oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Pejabat Suriah tersebut, sebagaimana diberitakan kantor berita Xinhua China juga mendesak masyarakat internasional agar menyeret ke pengadilan semua pihak yang berada di belakang serangan di Idlib.

Mekdad menyatakan bahwa Pemerintah Suriah telah memberikan keterangan kepada OPCW beberapa pekan lalu mengenai penyelundupan bahan kimia oleh Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, ke dalam wilayah Suriah Utara.

Serangan pada Selasa bukan yang pertama dilaporkan di Suriah, karena serangan senjata kimia dikatakan telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan.

Sedangkan, Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.

Sebanyak 1.400 orang tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013.

Oposisi dan pemerintah juga saling melempar tuduhan dalam insiden tersebut.

Pada tahun yang sama serangan bahan kimi terjadi di Kota Kecil Khan Al-Asal, yang dikuasai Pemerintah Suriah, di pinggir Aleppo.

Dalam serangan tersebut, beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan, yang pada gilirannya membantah tuduhan itu.

Pada Oktober 2013 beberapa pejabat OPCW tiba di Suriah untuk memantau perlucutan simpanan senjata kimia Suriah, setelah Damaskus secara resmi bergabung dalam Konvensi Pelarangan Senjata Kimia.

OPCW belakangan menyatakan bahwa Pemerintah Damaskus membuat sarana pembuatan senjata kimianya tidak bekerja.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017