Baghdad (ANTARA News) - Kepolisian Irak menyatakan bahwa kelompok ISIS menggunakan senjata kimia saat melakukan serangan terhadap pasukan polisi di Mosul.

Mosul, kota kedua terbesar Irak yang direbut petempur ISIS pada 2014, namun pasukan Pemerintah Irak merebut kembali dalam serangan militer dalam enam bulan.

Perwira polisi pusat Irak mengatakan kepada Reuters bahwa ISIS menyerang pasukan pemerintah dengan senjata kimia di distrik Urouba dan Bab Jadid pada Sabtu (15/4).

Serangan itu hanya menyebabkan sedikit luka, kata perwira tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa bulan lalu ada 12 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dirawat karena diduga terpapar senjata kimia di Mosul.

Namun, Duta Besar Irak untuk PBB, Mohamed Ali Alhakim, mengatakan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung pernyataan itu.

Polisi Federal Irak, salah satu lembaga yang memerangi pemberontak, menyatakan telah melakukan perlawanan baru terhadap kelompok pemberontak yang bersembunyi di Kota Tua, di mana tank dan kendaraan berat tidak mampu menjangkaunya lantaran jalan sempit.

Pemberontak ISIS hampir tidak dapat melakukan pergerakan selama lebih dari sebulan.

Pasukan Polisi Federal bergerak 200 meter ke dalam Kota Tua, semakin dekat dengan Masjid Raya Al-Nuri, demikian penjelasan pihak polisi.

Masjid itu sangat simbolis karena di sanalah pemimpin kelompok ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi menyatakan dirinya sebagai pemimpin dari kekhalifahan baru.

Pasukan tentara telah merebut kembali masjid yang didirikan Nur ad-Din Zangi sekira tahun 1172 -- 1173 itu sejak bulan lalu.

Pasukan Pemerintah Irak, yang didukung oleh artileri dan pasukan udara Amerika Serikat (AS), telah membersihkan wilayah timur Mosul dan setengah wilayah barat, serta  berfokus membersihkan wilayah Kota Tua.

Sekira 400.000 orang terjebak di daerah itu dan lebih dari 300.000 lainnya lari dari pertempuran sejak Oktober lalu.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017