Jakarta (ANTARA News) - Kalangan perbankan optimis bahwa Indonesia tidak akan mengalami krisis moneter (krismon) seperti yang terjadi pada tahun 1997, karena pemerintah telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan laju inflasi, kata Direktur Bank Muamalat, Andy Buchari. "Indonesia tidak mungkin mengalami krisis moneter, melihat besarnya cadangan devisa dan aktifnya perbankan menyalurkan kredit ke berbagai sektor, seperti infrastruktur, yaitu energi dan sarana jalan," ujarnya saat melepas 365 peraih hadiah umrah dari Bank Muamalat di Jakarta, Senin. Menurut dia, investasi infraststruktur, seperti listrik sudah berjalan dan proyek jalan tol juga sudah terjadi, bahkan perbankan sudah membiayai proyek tersebut baik melalui sindikasi maupun sendiri yang dilaksanakan di daerah maupun di Jakarta. "Pertumbuhan ekonomi nasional sudah berjalan pada arah yang benar. Jadi, apa yang diduga bahwa Indonesia akan terjadi krisis keuangan pada 2008 tidak benar," katanya. Data ekspor Indonesia pada Maret 2007 meningkat 10 persen lebih dibanding bulan lalu, investasi juga meningkat mencapai 27 persen, sangat diharapkan memicu pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor riil, katanya. Meski pertumbuhan ekonomi itu, lanjut dia, dihambat oleh muncul berbagai bencana seperti lumpur panas Lapindo di Surabaya, banjir bandang, gempa dan peristiwa yang menimbulkan gejolak masyarakat, pemerintah sudah cukup bijak mengatasinya. "Ini semua memerlukan waktu dan perjuangan, agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh lebih cepat, sehingga target ekonomi yang diinginkan dapat tercapai," katanya. Ia mengatakan, pemerintah sudah melakukan berbagai perbaikan, baik mengenai iklim investasi yang lebih baik, mendorong perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit kepada masyarakat, dan membelanjakan dana anggaran pendapatan belanja negara ke sektor produktif. Pemerintah bahkan telah mencanangkan dana untuk memicu sektor usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh lebih baik, karena sektor ini cukup kuat dalam krisis keuangan pada tahun 1997 lalu, katanya. Ditanya mengenai rupiah, menurut dia, rupiah akan terus menguat hingga mencapai Rp9.000 per dolar AS, dan kemungkinan besar Bank Indonesia (BI) akan menahannya pada level tersebut. "Dengan makin membaiknya nilai rupiah ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi makro Indonesia makin membaik," tambahnya. Menurut dia, rupiah makin stabil bahkan kini sudah mencapai di bawah level Rp8.800 per dolar AS, karena dana asing yang masuk ke pasar modal dan pasar uang makin meningkat. "Kami optimis rupiah sepanjang pekan ini akan kembali menguat hingga mendekati level Rp8.700 per dolar AS," katanya. Ia mengatakan, kenaikan rupiah juga akan dipicu oleh penurunan suku bunga AS oleh bank sentral AS (The Fed) yang saat ini mencapai 5,25 persen dan rencana bank sentral Jepang yang akan menaikkan suku bunganya. Oleh karena itu, rupiah masih berpeluang untuk naik lebih jauh lagi dari tingkat saat ini, katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007