Jakarta (ANTARA News) - Kredit bermasalah (non performing loan-NPL) industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada Maret 2007 mencapai 23,37 persen, demikian dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan persentase tersebut termasuk tinggi karena NPL untuk industri perbankan pada Maret 2007 sebesar 6,6 persen. "Kenyataan ini melahirkan persepsi bahwa industri TPT termasuk kategori sunset industri," kata Hartadi dalam acara sosialisasi program peningkatan teknologi industri TPT di BI Jakarta. Hartadi mengatakan bahwa industri TPT sebenarnya merupakan salah satu dari sepuluh komoditas unggulan yang ditetapkan pemerintah untuk dikembangkan, namun perkembangan peningkatan kapasitas produksinya menghadapi kendala besar sementara persaingan semakin meningkat. Data perbankan menunjukkan besarnya penyaluran kredit pada industri TPT non-kulit pada Maret 2007 mencapai Rp27,5 triliun atau sekitar 32,6 persen dari total kredit perbankan nasional yang mencapai RP843 triliun. Hartadi menjelaskan keengganan perbankan untuk memberikan pembiayaan pada industri tersebut membuat perkembangannya sungguh sangat memprihatinkan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan subsidi harga pembelian mesin diharapkan menjadi langkah konkret untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi industri TPT. Dana yang disediakan pemerintah tahun 2007 untuk potongan harga dan bantuan kredit guna pembelian mesin atau peralatan industri TPT dalam pelaksanaan program tersebut mencapai Rp255 miliar. Ia berharap forum ini (acara sosialisasi) dapat memberikan akses informasi kepada perbankan khususnya mengenai bidang-bidang usaha yang memiliki prospek yang baik dan potensial untuk dibiayai. Sementara itu, Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil Departemen Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan sebenarnya pembiayaan perbankan ke sektor TPT masih cukup baik karena banyak nasabah dari industri TPT yang cukup bagus. Namun, menurut dia, tingginya resiko dari sektor TPT tersebut menurunkan jumlah kredit untuk pembiayaan sektor itu. Ansari mengatakan, secara keseluruhan program modernisasi mesin membutuhkan dana sekitar Rp50 triliun dengan pembiayaan dari perbankan diperkirakan mencapai Rp2 triliun. Menurut Ansari pada 2006 kontribusi industri TPT terhadap ekspor mencapai 9,4 miliar dolar AS, sedangkan pada tahun ini ditargetkan mencapai 10 miliar dolar AS.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007