Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divre II PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), Adeng Achmad mengatakan, pendapatan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) khususnya di Jabotabek terus menunjukkan penurunan menyusul maraknya pengunaan telepon seluler di tanah air. "Potensi kehilangan pendapatan SLJJ di Divre II mencapai Rp25 miliar, padahal kontribusi layanan ini mencapai 50 persen terhadap total pendapatan perusahaan," kata Adeng, usai mengikuti seminar "Optimalisasi Knowledge Management (OKM)", di Jakarta, Rabu. SLJJ merupakan layanan komunikasi jarak jauh atau luar zona atau kode area yang masih dalam satu satu wilayah negara. Menurut dia, jumlah pelanggan telepon tetap kabel di Jabodetabek saat ini mencapai 3 juta nomor, dan yang menggunakan layanan SLJJ masih cukup tinggi. "Untuk mengatasinya penurunan pendapatan tersebut, Telkom memaksimalkan penawaran produk yang kompetitif, sehingga trafik atau lalulintas percakapan sesama produk atau layanan Telkom tetap tinggi," katanya. Produk-produk tersebut ujar Adeng, seperti layanan telepon tetap nirkabel (Fixed Wireless Access/FWA) Telkom Flexi, jasa Voice over Internet Protocol (VoIP) Telkomsave dan TelkomGlobal. "Panggilan SLJJ dengan VoIP memang kualitasnya tidak sebagus "wireline" yang memanfaatkan kabel tembaga. Namun, jika memang ada pasarnya tentu kita tawarkan," tutur Adeng. Ia mengakui, skema pentarifan SLJJ Telkom yang terkesan mahal menjadi faktor lain pemicu menurunnya penggunaan layanan tersebut. "Tapi kita harus ingat, Telkom satu-satunya operator yang menggarap semua wilayah Indonesia. Kalau kita hanya mementingkan aspek bisnis, tentu tarif murah dapat diberikan. Namun, bagaimana nasib saudara-saudara kita di pedalaman," ujar Adeng. Sebagai pemain lama di industri telekomunikasi, yang dulunya identik dengan monopoli, Telkom harus mengubah paradigma berbisnisnya. "Sebelum mengubah paradigma bisnis, kita harus mengubah budaya perusahaan. Saat ini kita terus belajar menjadi satu organisasi yang ingin melayani pelanggan," kata Adeng. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007