Islamabad (ANTARA News)- Penguasa militer Pakistan, Pervez Musharraf, pada Jumat berikrar bahwa dirinya tidak akan mengizinkan dua mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan yang tinggal di pengasingan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif, untuk pulang sebelum pemilihan umum (pemilu) mendatang. "Perihal kembalinya mereka sebelum pemilu, tidak. Tidak seorang pun pulang sebelum pemilu," kata Musharraf, yang menjabat Presiden sekaligus Panglima Militer Pakistan dalam wawancara dengan jaringan televisi swasta Aaj, selayaknya dikutip AFP. Pernyataan Musharraf itu tampaknya bertujuan untuk mengakhiri spekulasi bahwa ia mungkin melakukan satu kesepakatan dengan Benazir untuk memperluas dukungannya. Benazir, yang memimpin Partai Rakyat Pakistan, mengasingkan dirinya pada 1998, karena kasus korupsi yang dituduh dilakukannya maupun suaminya. Sementara itu, Sharif diasingkan pada Desember 2000, setahun setelah Musharraf menyingkirkannya dalam kudeta tidak berdarah. Dua politisi papan atas itu, yang masing-masing memerintah Pakistan dua kali selama tahun 1988 dan 1999, berulangkali mengatakan bahwa mereka akan menantang Musharraf, dan pulang untuk memimpin partai-partai mereka dalam pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan sebelum tahun depan. Harapan mereka itu mendapat dorongan dari krisis judisial dan politisi Pakistan sekarang, yang dipicu pemecatan Ketua Mahkamah Agung (MA) oleh Musharraf, disusul sejumlah kerusuhan. Musharraf, presiden yang tentara tersebut, mengatakan bahwa dirinya akan berusaha ikut pemilu sebelum menyelenggarakan pemilihan parlemen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007