Surabaya (ANTARA News) - Masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang mengalami penyakit transisi demokrasi yang terlihat dari penyalahgunaan otonomi daerah yang dianggap sebagai kedaulatan daerah dan bukannya sebagai kedaulatan rakyat, serta masih ada pihak yang berupaya untuk memaksakan kehendak mereka. "Masih terjadi penyakit transisi demokrasi. Solusinya perlu ditingkatkan semangat patriotisme dan nasionalisme," kata Menneg Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault saat menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Bhayangkara, Surabaya, Jumat. Ia mengatakan, jika otonomi daerah diterjemahkan sebagai kedaulatan daerah berarti daerah yang berdaulat atau lebih mementingkan daerahnya sendiri. "Padahal seharusnya bukan seperti itu. Otonomi daerah bukan kedaulatan daerah tetapi adalah kedaulatan rakyat yang ada di daerah. Ini beda," katanya. Ia mengatakan, masih terjadi suatu daerah menolak kepala daerah yang dianggap bukan putra daerah walaupun ia sebenarnya lahir dan besar di daerah tersebut. "Ini bagian dari penyakit transisi demkorasi," katanya. Selain itu, masih ditemui pihak-pihak yang menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak. Ada pula pihak-pihak yang berupaya menjelek-jelekkan pihak lain. "Bahkan foto saya pernah dibakar dan mereka menyatakan dari suatu kelompok mahasiswa," katanya. Namun setelah diteliti ternyata jumlah mereka tidak banyak, dibayar dan tidak mewakili kelompok mahasiswa. Bahkan pada waktu awal reformasi, ada wacana untuk membentuk negara federal. "Alhamdulillah, saat saya Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), kita tetap bertahan sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan kita selamat," katanya. Saat awal reformasi juga banyak daerah yang ingin merdeka. "Namun sebagian besar masyarakat masih bersatu. Itu kekuatan bangsa dan kita tidak ingin berpisah," katanya. Untuk mengatasi penyakit tersebut, kata Adhyaksa, perlu ditingkatkan lagi semangat patriotisme. Ia mengajak untuk menghidupkan lagi napak tilas peringatan 10 November (Hari Pahlawan), Bandung Lautan Api dan lainnya. "Untuk menghilangakan penyakit tersebut memang perlu waktu dan bertahap," katanya. Ia mengatakan, kunjungan safarinya ke Jawa Timur mulai Senin (14/5) hingga Jumat (18/5) merupakan suatu upaya untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda. Di Jatim Adhyaksa beserta rombongan mengunjungi Kabupaten Pacitan dan memberikan bantuan sedikitnya Rp1,170 miliar untuk kegiatan kepemudaan dan olahraga. Rombongan Adhyaksa juga menyambangi pondok pesantren Gontor di Ponorogo, pondok pesantren Lirboyo Kediri dan pesantren Yayasan Raushon Fikr di Jombang, guna silaturahmi dan memberikan bantuan-bantuan untuk kegiatan kepemudaan dan olahraga. Adhyaksa juga meluncurkan progam Generasi Bioenergi Indonesia di Batu, Malang, yang bertujuan meningkatkan peran generasi muda dalam pengadaan energi alternatif. Selain itu Adhyaksa memberikan orasi ilmiah di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Bhyangkara serta menjadi khatib Jumat di Masjid Nasional Al Akbar di Surabaya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007