Jakarta (ANTARA News) - Bagi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Ramadhan membawa kenangan masa kecilnya, ketika dia berkeliling kampung membangunkan warga untuk sahur.

"Saya kelas dua SD sudah mengkoordinir teman-teman untuk keliling kampung membangunkan orang sahur," kata Khofifah, tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya.

Ia menuturkan bahwa kala itu biasanya pukul 02.00 anak-anak di kampungnya sudah berkumpul "bersenjatakan" peralatan dapur seperti panci hingga jerigen, yang dibunyikan mengiringi teriakan "Sahuur..! Sahuuur..!" mereka.

"Bunyinya sembarang saja, iramanya tidak jelas. Kalau sudah begitu orang-orang kampung pasti tahu ini kelompok anak perempuan, beda dengan anak laki-laki. Entah kenapa kalau mereka ada iramanya," katanya, lalu tertawa.

Ketua Umum PP Muslimat NU itu juga mengenang masa khataman setelah menyelesaikan tadarus Alquran.

"Biasanya pada 27 Ramadhan, kita rayakan dengan makan bersama. Sampai sekarang masih dilakukan," katanya.

"Saya pernah pulang dari kunjungan kerja bawa sayur hasil panen dari kebun peserta PKH, saya langsung masak dan ngulek sambel di kantor, semua ikut makan, bahkan mereka lebih milih makan di belakang biar gampang kalau mau nambah," tambah dia.

Dan sampai sekarang Ramadhan selalu membawa dia lebih dekat dengan keluarga. Ia menjadi lebih dekat dengan anak-anaknya, karena sebagaimana ibu-ibu yang lain dia akan menyiapkan makanan saat sahur.

"Saat sahur saya siapkan makanan untuk anak. Kalau berbuka biasanya sudah masing-masing," katanya.

Ramadhan ini, selain menjalankan tugas sebagai ibu, Khofifah juga harus menjalankan tugas sebagai menteri. Pada hari pertama puasa 27 Mei lalu, dia melakukan kunjungan kerja dan berbuka puasa dengan warga Baduy di Banten.

Khofifah mengatakan bahwa bagi dia Ramadhan adalah pembakaran, pembakaran semua hal negatif seperti egoisme, dan ketidaksabaran dalam diri.


Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017