Samarinda (ANTARA News) - Prajurut Tentara Nasional Indonesia (TNI) di kawasan perbatasan Indonesia - Filipina dan Indonesia - Malaysia, meningkatkan pengamanan plus mengintensifkan sweeping untuk mencegah pelaku teroris dari Filipina lari ke Indonesia.

"Jajaran TNI di perbatasan hingga kini terus siaga dan meningkatkan sweeping (pemeriksaan) orang per orang, terutama di jalur-jalur tikus baik yang berbatasan dengan Malaysia maupun Filipina," ujar Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Sonhadji di Samarinda, Senin.

Hal itu diungkapkan Sonhadji ditemui setelah buka puasa bersama dan shalat Maghrib berjamaah di Masjid Markas Korem 091/Aji Surya Natakesuma di Samarinda. Hadir dalam acara itu antara lain Gubernur Kaltim, Kapolresta Samarinda, sejumlah tokoh agama, dan tokoh adat.

Ia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Kodam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara dan Kodam XVI/Pattimura di Maluku, karena perairan beberapa Kodam ini sama-sama memungkinkan menjadi tempat pelarian bagi terduga teroris dari Marawi, Filipina, yang sekarang lagi gencar-gencarnya diserang tentara setempat.

"Saya sudah koordinasi dengan Kodam XIII dan Kodam XVI karena bisa saja tempat-tempat ini menjadi alternatif melarikan diri bagi mereka. Ini merupakan langkah antisipasi. Kemudian minggu lalu saya sudah perintahkan semua jajaran Kodam VI/Mulawarman untuk meningkatkan pengamanan," ujarnya.

Pasukan yang sudah intens di perbatasan, lanjutnya, diperintahkan meningkatkan patroli, bahkan pasukan juga dibantu Satuan Gabungan Intelejen (SGI) rutin melakukan meningkatkan sweping, termasuk koordinasi dengan Pangkalan Udara (Lanud).

Saat ini, lanjutnya, sudah bersiaga 700 personil TNI di kawasan perbatasan dari dua batalyon, bahkan diperkuat dengan para intel dan semua Kodim.

Ditanya mengenai tujuh WNI yang diduga terlibat jaringan teroris di Maute, Marawi, Filipina Selatan, Sonhadji belum bisa memastikan mereka berasal dari mana, karena mereka belum tertangkap, beda jika mereka sudah tertangkap maka akan diketahui dengan pasti identitasnya.

Ia juga belum bisa memastikan apakah mereka merupakan bagian dari jaringan ISIS, namun ia mengakui ada indikasi ke arah itu.

"Sekarang tentara Filipina masih gencar memerangi para teroris tersebut, jadi bisa saja suatau saat mereka akan terdesak atau kehabisan logistik," ujarnya.

Jika mereka kehabisan logistik atau terdesak dan bisa lolos dari tentara Filipina, tentu mereka akan lari ke perbatasan. Semua prajurit di perbatasan sudah siap dan menunggu perintah lanjutan untuk bertindak.

"Bahkan prajurit di perbatasan bersama pihak terkait juga sudah menyebarkan foto-foto para terduga teroris. Foto-foto itu ditempel di sejumlah lokasi strategis dan di jalur-jalur tikus baik jalur sungai maupun pelabuhan kecil, agar jika masyarakat melihat terduga teroris ini bisa langusng melapor," kata Sonhadji menegaskan.

Pewarta: M Ghofar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017