Produksi lokal KNI lebih bagus, kami world standar. Misi kami menghasilkan amonium nitrat terbaik di dunia, termasuk golongan terbaik di dunia, dan itu terbukti."
Bontang (ANTARA News) - Produsen bahan baku peledak amonium nitrat (AN) berharap pemerintah mengenakan bea masuk untuk produk impor AN karena produksi dalam negeri sudah melebihi kapasitas.

Antung Pandoyo selaku Presiden Direktur PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) menjelaskan kapasitas produksi amonium nitrat nasional mencapai 510 ribu ton per tahun. Angka itu jelas melebihi permintaan pasar domestik saat ini sekitar 350 ribu ton sampai 370 ribu ton per tahun.

Di sisi lain, walaupun terjadi kelebihan pasokan, masih terdapat 90 ribu ton amonium nitrat yang masuk ke Indonesia dari keran impor. Untuk itu Antung berharap pemerintah menerapkan bea masuk impor untuk produk tersebut dan mengutamakan produksi dalam negeri.

"Belum (dikenakan bea masuk)...Biar fair, (bea masuk) yang diajukan 22 persen dan 17 persen, Masing-masing negara kan berbeda," kata Antung kepada wartawan di Bontang, Kamis (8/6) petang.

Antung juga menjelaskan bahwa amonium nitrat dari pintu impor itu memiliki harga yang lebih murah sehingga memakan pasar produksi dalam negeri.

"Sebetulnya kalau barang di impor, ini akan memakan pangsa pasar dalam negeri," katanya.

(Baca: KNI targetkan produksi 290 ribu ton bahan baku peledak pada 2017)

Di sisi lain, Antung menyatakan amonium nitrat produksi KNI memiliki kualitas yang lebih bagus dan berstandar dunia karena telah diekspor ke negara dengan pengawasan yang ketat seperti Australia.

"Produksi lokal KNI lebih bagus, kami world standar. Misi kami menghasilkan amonium nitrat terbaik di dunia, termasuk golongan terbaik di dunia, dan itu terbukti," jelas dia.

Sebagai informasi, PT KNI merupakan pabrik AN terbesar di Indonesia yang menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar bahan baku peledak domestik. Pabrik yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur, memiliki kapasitas produksi 300.000 ton per tahun.

Pewarta: Alviansyah P
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017