Paris (ANTARA News) - Justine Henin bisa dimaafkan jika ia absen pada Prancis Terbuka tahun ini menyusul drama yang membayangi kehidupan pribadinya. Namun demikian, petenis putri nomor satu dunia itu mengatakan bahwa ia lebih termotivasi daripada sebelumnya untuk memperoleh sukses di turnamen favoritnya dan menjadi petenis putri pertama sejak Monica Seles (1990-1992) untuk memenangi turnamen tiga kali berturut-turut. Kehidupan Henin cukup bergejolak pada awal tahun saat ia mengumumkan pernikahannya dengan Pierre-Yves Hardenne berada dalam masalah setelah empat tahun bersama. Petenis putri Belgia pun menyatakan absen dari Australia Terbuka dan mengasingkan diri untuk menyembuhkan sakit hatinya. Sejak saat itu dan melawan semua rintangan, ia berjuang dan menjadi petenis yang tangguh, memenangi turnamen di Warsawa, Doha dan Dubai serta merebut posisi nomor satu dunia dari Maria Sharapova. Setelah memenangi tiga dari empat turnamen Prancis Terbuka, ia akan menjadi petenis yang difavoritkan untuk memenangi empat dari lima penampilannya di lapangan lambat itu. "Paruh pertama musim ini berjalan sangat positif," kata Henin dalam konferensi pers di Belgia, Selasa. "Tidak mudah untuk kembali bermain setelah mengalami hal yang sangat mengguncang. Saya secara berhati-hati memilih kapan saya akan kembali beraksi dan sejak saat itu, itu benar, saya memenangi pertandingan dan kembali ke puncak peringkat dunia," ujarnya. "Disamping itu semua, apa yang membuat saya sangat bahagia ialah saya mendapat kesenangan besar untuk bisa bermain sekali lagi," tambahnya. Henin juga mengatakan bahwa ia telah mengambil langkah untuk menjalin hubungan normal dengan ayah dan keluarga dekatnya dimana ia merasa diasingkan setelah menjadi petenis internasional ketika remaja. Jika sisi emosionalnya sedikit demi sedikit mulai pulih, masih ada sisi fisik yang secara reguler menjadi bagian penting dari seorang pemain yang selalu harus menemukan cara untuk mengatasi petenis-petenis dengan fisik besar yang kini mendominasi tenis modern. "Saya merasa lebih kuat daripada enam bulan lalu. Secara fisik, saya merasa berada dalam kondisi yang baik," katanya. "Masalah pernafasan yang saya alami di Miami sudah saya atasi dan saya tidak akan mengalami masalah untuk melangkah lebih jauh." Paling ditakuti Ketika ditanya siapa yang paling ia takuti di Paris, Henin menyebut petenis yang dikalahkannya di final tahun lalu, Svetlana Kuznetsova dari Rusia dan petenis Serbia Jelena Jankovic. Dua petenis Eropa Timur itu selalu hadir di WTA Tour dalam beberapa pekan terakhir untuk bekerja keras melatih permainannya di lapangan tanah liat dan hasil baik sudah ditunjukkan oleh Jankovic yang memenangi Italia Terbuka di Roma pekan lalu dan Kuznetsova mengalahkan Henin untuk melaju ke final Jerman Terbuka dalam pekan berikutnya. Namun, hal yang sama tidak dapat dikatakan bagi petenis glamour Maria Sharapova yang hanya sekali tampil di Istanbul setelah absen dua bulan untuk memulihkan cedera bahu. Kondisi tersebut tampaknya akan membuatnya sulit untuk tampil fit di Paris dan dalam beberapa kondisi tertentu, ia tidak begitu menyukai lapangan lambat di Paris dimana ia selalu gagal melewati babak perempatfinal. Tanda tanya terbesar adalah mengenai dua "veteran" yaitu Serena Williams dari Amerika Serikat (AS) dan petenis favorit tuan rumah Amelie Mauresmo. Serena belum bermain di Paris sejak 2004, dua tahun setelah kemenangan pertama dan satu-satunya di grand slam kedua dalam satu musim itu. Tetapi setelah cedera dan kurangnya motivasi tahun lalu yang membuat peringkatnya melorot, ia membuat kejutan manis dengan memenangi Australia Terbuka pada Januari dan mengalahkan semua lawan-lawan utama. Pada penampilan terakhirnya, ia kalah di perempatfinal Italia Terbuka dari petenis Swiss Patty Schnyder, tetapi ia merasa sangat yakin bisa tampil baik di Roland Garros. "Saya merasa akan bisa menikmati diri saya di sana, dan tentunya bermain tanpa beban," katanya. "Saya akan bermain dengan baik dan ketika saya sudah mulai mempercayai hal itu, maka hal itu akan terjadi." Masalah yang mendera Mauresm ialah fisik dan psikologis. Juara Wimbledon itu memetik hasil yang kurang memuaskan setelah menghabiskan waktu dua bulan untuk memulihkan diri dari operasi usus buntu dan akan tampil di depan publik sendiri tanpa mengikuti turnamen yang banyak. Dan selain itu, sejarah kurang menyerangkan di lapangan utama Philippe Chatrier dimana penggemar lamanya yang selama ini menanti prestasi terbaiknya tidak begitu yakin apa yang harus diharapkan darinya, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007