Athena (ANTARA News) - Kemenangan AC Milan yang memupus impian Liverpool dalam final Liga Champions agaknya di luar dugaan sejumlah pihak, karena sebagian orang disinyalir masih hidup dalam "utopia". "Inilah kemenangan terbesar yang kami peroleh," kata pelatih Milan, Carlo Ancelotti, seperti dilaporkan AFP. "Tidak banyak orang yang mempercayai kemenangan ini, meski kami telah melakukan hal yang luar biasa sekali pun. Hanya sedikit orang yang menerima kemenangan yang kami peroleh." "Orang bicara tentang utopia, meski kadangkala hal itu cukup membantu. Sepakbola Italia justru menjadi korban dengan adanya skandal yang salah satunya juga dialami Milan." Sinyalamen Ancelotti ini agaknya menjawab adanya rumor yang beredar di pertengahan kompetisi bahwa dirinya akan angkat koper dari Milan. "Seperti inilah sepakbola," katanya. "Saya tidak goyah dengan adanya sejumlah rumor yang menyebutkan bahwa saya akan diganti pada November atau Desember ini. Bukankah engkau memperoleh bayaran sesuai dengan pekerjaan yang telah dibuat." Ancelotti tampak lebih percaya diri dengan gelar Liga Champions tahun ini. "Tentu saja harga jual saya meningkat meski hubungan saya dengan Milan tetap kuat," katanya. "Saya pernah bermain di klub ini dan kini memenangi trofi sebagai pelatih. Ini yang membuat hubungan saya dengan klub tampak kuat." Dalam pertandingan final yang digelar di Athena, Milan mengandaskan impian Liverpool untuk memboyong trofi Liga Champions ke tanah Inggris. Gol pertama tercipta ketika Andrea Pirlo mengambil tendangan bebas, kemudian mengenai pundah Inzaghi. Bola meluncur ke gawang Liverpool tanpa dapat dibendung oleh kiper Pepe Reina. Striker Milan mengakui gol itu merupakan hasil dari kerja keras dalam sejumlah latihan. Gol kedua Milan terjadi pada babak kedua. Dalam sebuah serangan balik, Kaka mengirim umpan kepada Pipo Inzaghi yang segera mengecoh Reina. Bola masuk ke gawang Liverpool. Liverpool membalas dengan gol yang diciptakan oleh Dirk Kuyt dengan sebuah tandukan yang tidak dapat ditahan oleh kiper Dida. Sementara itu, manajer The Reds, Rafael Benitez tampak menyayangkan keputusan wasit yang meniup peluit panjang tanda pertandingan selesai. "Saya tidak ingin berkilah," kata pelatih Spanyol itu. "Kami sudah tampil dengan baik sampai terjadinya gol yang pertama. Kami cenderung memusatkan perhatian ke barisan depan, yang berakibat barisan belakang menjadi terbuka. Mereka (Milan) memiliki para pemain yang berkualitas." "Selamat kepada Milan. Mereka merupakan tim yang baik, bahkan sangat baik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para pendukung kami, para staf dan tentu para pemain. Mereka sudah memberi yang terbaik." "Kami mengontrol permainan, menyerang dan memperoleh sejumlah peluang, meski tidak membuahkan gol." Untuk menghidupkan serangan, Benitez kemudian menurunkan Harry Kewell yang menggantikan Bolo Zenden. "Kewell tidak dapat bermain lama, karena selama sembilan bulan absen. Organsisasi pertahanan Milan begitu rapih, dan mampu melancarkan serangan balik. Ketika anda maju menyerang, maka anda perlu melakukan penyeimbangan, dengan tidak membuka ruang gerak di wilayah pertahanan kepada pemain lawan." (*)

Copyright © ANTARA 2007