Los Angeles (ANTARA News) - Hollywood kini membanjiri pasar dengan film sekuel yang sebelumnya pernah menuai sukses, menyusul pemecahan rekor box office pada musim panas ini. Dimulai dengan "Spider-Man 3" dan kemudian disusul oleh "Shrek the Third", para pecandu film tampaknya tak mampu menahan godaan dari film-film baru tetapi lama tersebut. "Spider-Man 3" memecah rekor pemasukan dari penjualan karcis pada pembukaannya di seluruh dunia, dengan mengantongi 381 juta dolar pada akhir pekan pertamanya. Hingga pekan ketiga rilisnya, film ini telah meraup pemasukan senilai 750 juta dolar dari seluruh dunia. Sebaliknya, "Shrek the Third" membukukan pemasukan terbesar hingga sejauh ini untuk sebuah film animasi, dengan mengantongi pemasukan senilai 122 juta dolar pada akhir pekan pembukaannya di AS dan mengungguli rekor box office yang diciptakan film pendahulunya pada 2004. Tampaknya keinginan yang tak kunjung habis para pecandu film untuk menyaksikan episode-episode baru dari film-film yang mereka telah kenal telah membuat para eksekutif Disney untuk menghadirkan kembali kisah gembong bajak laut eksentrik Kapten Jack Sparrow, melalui sekuel berikutnya, "Pirates of the Caribbean : At World`s End", yang mulai ditayangkan di berbagai bioskop AS pada Kamis malam. Para eksekutif merasa yakin para penonton akan datang berbondong-bondong ke gedung bioskop, seperti yang pernah terjadi pada sekuel sebelumnya, "Pirates of the Caribbean : Dead Man`s Chest". Film ini, yang merupakan sekuel kedua, dirilis pada musim panas lalu dan segera menjadi film paling sukses kedua dalam sejarah Hollywood, dengan menghasilkan pemasukan sebesar 1,065 miliar dolar. Angka ini cukup mengejutkan, terutama mengingat banyaknya pakar yang meramalkan kematian film laris itu pada era hiburan tanpa batas yang ditawarkan Internet. Para kritikus mengemukakan bonanza pemecahan rekor akan berakhir, setidaknya sebagian akibat semakin mahalnya harga tiket. Namun untuk menghadapi hal ini, pemilik bioskop tak dapat mengenakan tarif 10 dolar per tiket, jika calon penonton betul-betul tak mau menyaksikan film yang ditayangkan. Apa rahasianya? Jadi apa rahasia di balik keberhasilan, yang boleh jadi akan terus berlangsung sepanjang musim panas ini, dengan film-film seperti "Harry potter and The Order of the Phoenix", "Live Free" atau "Die Hard", "Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer" dan "Evan Almighty" sebagai kelanjutan dari film "Bruce Almighty" pada 2003. Jawabnya sederhana saja. Tampaknya Hollywood telah berhasil memecahkan Da Vinci Code miliknya. Secara tradisional film-film serial akan mengalami kemunduran dari segi cerita dan kualitas, karena tim produksi sudah merasa jenuh, para bintang asli makin berkurang dan tokoh-tokoh cerita baru akan mengurangi keaslian dari pengalaman yang diperoleh para penonton pada film sebelumnya. Namun demikian, sekuel-sekuel baru itu sering menggabungkan jalinan cerita dengan kisah asli, strategi yang dirintis "The Lord of the Rings" dan dilanjutkan oleh serial "Pirates of the Caribbean". Kesinambungan tentu saja merupakan nilai tambah bagi film serial," kata Brandon Grey, pendiri Box Office Mojo, kepada DPA. "Film sekuel hendaknya memiliki perasan serupa sebagaimana pendahulunya dan sebaiknya berada pada dunia yang sama". Bahkan bila pembuatan film serial panjang ini tak mungkin, berbagai studio harus menjamin bintang-bintang penting untuk terus bermain dalam sekuel selanjutnya, dan fokus hendaknya tetap dijaga pada mempertahankan tetap utuhnya komponen-komponen asli guna menarik sebanyak mungkin penonton, Pendekatan ini tentu saja menarik secara komersial, jika bukan pendekatan artistik yang berani. "Anda mengenal para tokoh ceritanya dan karena anda menikmati film sebelumnya, pasti anda ingin menyaksikannya lagi," tutur Laurent Rodriguez, seorang siswa SMA Los Angeles yang menyatakan dirinya tak mau kehilangan kesempatan menonton satupun dari sekuel film laris pada musim panas ini. "Saya tahu film-film ini biasa saja, tetapi menghibur", katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007