Washington (ANTARA News) - Dinas rahasia AS memperingatkan pemerintah Presiden George W Bush sebelum serbuan ke Irak mengenai cengkeraman kekuasaan pasca-perang oleh Al-Qaeda, dan menyatakan Iran juga akan campur-tangan, demikian laporan satu panel Kongres, Jumat. Studi tersebut, yang lama dinantikan, dari Komite Pilihan Senat mengenai Intelijen juga menyatakan banyak pengulas meramalkan bahwa pembentukan demokrasi di Irak akan menjadi proses penuh tantangan. Laporan itu juga diperkirakan akan menyulut perdebatan mengenai cara Bush menangani perang Irak dan situasi setelahnya, sementara Amerika Serikat tampaknya harus berjuang menanggulangi banyak dampak buruk yang telah diramalkan banyak pengulas. Mayoritas anggota Demokrat di Komite tersebut menulis dalam laporan itu panel tersebut tak dapat mengatakan apakah Presiden secara pribadi telah diperingatkan mengenai ramalan yang menakutkan itu. Tetapi mereka mengatakan studi mereka mengungkapkan adalah "arus tetap penilaian secara hati-hati yang dikirim kepada para pejabat senior kebijakan di dalam pemerintahan Bush untuk memperingatkan upaya mewujudkan perdamaian di Irak akan sulit dilaksanakan dan keberhasilan tak tentu". "Peringatan yang paling nyata dan mengerikan dari masyarakat intelijen sebelum perang ialah serbuan Amerika akan mengakibatkan ketidak-sabilan di Irak --kondisi yang akan dieksploitasi oleh Iran dan ... Al-Qaeda," kata Senator Jay Rockefeller, Ron Wyden, Evand Bayh dan Sheldon Whitehouse. Tetapi beberapa anggota senior Republik di Komite itu mengeluh bahwa laporan tersebut telah diisi oleh keberpihakan dan politik. "Kami percaya laporan ini membesar-besarkan pentingnya penilaian pra-perang dari masyarakat intelijen mengenai Irak pasca-perang," tulis senator partai Republik John Warner, Christopher BOnd, Orrin Hatch dan Richard Burr. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa masyarakat intelijen menilai sebelum perang bahwa "pembentukan pemerintah demokratis yang stabil di Irak pasca-perang akan menjadi tantangan lama, sulit dan barangkali penuh pergolakan". Banyak pengulas intelijen AS juga percaya Irak adalah masyarakat yang sangat terpecah yang akan tenggelam dalam konflik rusuh kecuali kekuatan pendudukan mampu mencegahnya. Dinas intelijen juga percaya "para pemimpin Iran akan berusaha mempengaruhi bentuk Irak pasca-Saddam Hussein ...". Al-Qaeda, katanya, akan berusaha mengeksploitasi setiap peralihan pasca-perang di Irak dan kalau pemerintah Baghdad tak mampu memantau daerah pinggiran, kelompok pimpinan Osama bin Laden dapat beroperasi dari daerah terpencil. Bush ditanya mengenai laporan itu selama taklimatnya di Gedung Putih, Kamis. "Kami mendapat banyak peringatan mengenai tindakan masuk ke Irak, sebagian terbukti, sebagian lagi tidak," katanya. "Tentu saja, karena saya telah membuat keputusan semacam itu, saya memikul resikonya ... ," katanya. "Saya sangat percaya dunia jadi lebih baik tanpa Saddam Hussein di kursi kekuasaan. Saya mengetahui rakyat Irak lebih baik tanpa Saddam," katanya. Senator partai Demokrat, Russ Feingold, pengeritik keras perang Irak, mengatakan laporan tersebut membuktikan pemerintah tak peduli terhadap konsekuensi negatif yang diramalkan mengenai perang di Irak. "Bahwa pPemerintah diperingatkan mengenai konsekuensi negatif sebelum perang memperlihatkan betapa sembrononya pemerintah," katanya. Senator Chuck Hagel dari Republik, yang telah mengecam strategi Bush untuk menambah sampai 30.000 prajurit untuk Irak sebagai kekeliruan kebijakan luar negeri paling buruk sejak Perang Vietnam, menggambarkan laporan itu sebagai adil dan objektif. "Dinas intelijen sebelum perang secara jelas menyatakan kenyatakan yang kita saksikan di lapangan di Irak hari ini," katanya dikutip AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007