Surabaya (ANTARA News) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengirim surat ke Kementerian Perdagangan RI untuk meminta Kemendag mempertimbangkan pembukaan kran impor garam guna mengatasi kelangkaan komoditas itu saat ini.

"Solusinya impor sekarang dibuka karena selain langka, harganya juga naik drastis, yaitu sudah mencapai lima kali lipat dari harga normal, ini kan tidak masuk akal," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, masalah kelangkaan dan tingginya harga garam dikarenakan produksi yang rusak akibat cuaca sehingga saat garam terkena air akan mencair.

"Kalau tidak setuju adanya impor garam, jangan selalu halal dan haram soal impor. Sebaiknya kalau kurang ya impor, kalau lebih ya ekspor," ucap Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jatim menunjukkan, harga garam terus mengalami kenaikan, yaitu pada Juli 2014 harga garam konsumsi per kilogram Rp2.984 maka pada Juli 2015 harganya Rp3.308, kemudian Juli 2016 menjadi Rp3.883 dan Juli tahun ini meningkat menjadi Rp5.792.

Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut juga mengaku belum tahu sampai kapan harga garam akan kembali normal karena di sejumlah daerah curah hujan masih tinggi sehingga garam tetap rusak.

"Tentu ini adalah kebijakan pusat. Kalau ini kebijakan saya maka sudah mendatangkan garam dari Australia Barat, selesai masalah," ucap Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Sebelumnya, hal senada disampaikan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf yang menyampaikan impor garam sebenarnya bisa dilakukan, namun terkendala peraturan pemerintah yaitu aturan impor garam hanya bisa dilakukan dengan kadar Natrium Klorida-nya (NaCL) di bawah 97 persen.

"PT Garam sebagai satu-satunya importir yang bisa mendatangkan garam konsumsi juga kesulitan mencari garam dengan kandungan NaCL di bawah 97 persen," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017