Jakarta (ANTARA News) - Program pendidikan kejuruan yang terpadu antara pendidikan kejuruan itu dan dunia industri dinilai mampu mendongkrak kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap pertumbuhan ekonomi nasional hingga 25 persen.

“Industri pengolahan non-migas telah berkontribusi sebesar 20 persen bagi perekonomian nasional. Melalui pelaksanaan program kejuruan industri, kami menargetkan akan naik menjadi 25 persen. Saat ini, nilai kontribusi industri kita setara dengan Jerman,” kata Menteri Perindustrian, AIrlangga Hartarto, melalui keterangan pers, di Jakarta, Kamis.

Berdasarkan data UNIDO, nilai tambah manufaktur di Indonesia menempati posisi 10 besar dunia. Peringkat tersebut di atas capaian Meksiko dan Spanyol, bahkan sejajar dengan Inggris. 

“Kami berharap, mereka yang terlibat dalam program pendidikan vokasi bisa masuk ke industri strategis nasional dan menjadi entrepreneur dalam membangun IKM,” ujarnya.

Airlangga menjelaskan, pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan bangsa dan pemerataan ekonomi nasional. Pembekalan SDM melalui pendidikan, diharapkan mampu menjawab tantangan masa depan khususnya memacu pertumbuhan dan daya saing industri dalam negeri.

Pengembangan pendidikan kejuruan dinilai mampu menjadi solusi dalam menghadapi persaingan pasar bebas terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang membutuhkan tenaga kerja berkompetensi tinggi. 

Untuk itu, peningkatan keterampilan SDM industri melalui pendidikan kejuruan di Indonesia, akan diarahkan memiliki nilai kompetensi yang sama di tingkat regional dan global.

“Sehingga mereka juga bisa bekerja di luar negeri dan sasarannya untuk ekonomi di ASEAN akan terintegrasi karena seluruh tenaga kerjanya mampu mengisi kebutuhan di dunia industri,” imbuhnya. 

Lebih jauh, menurut Airlangga, pengembangan industri akan lebih mudah dijalankan karena mempunyai para pekerja yang berbakat. 

Saat ini, pelaksanaan pendidikan kejuruan industri semakin populer di dunia. Contohnya Swiss, yang sukses menerapkan Dual Vocational Education and Training System atau model pendidikan kejuruan yang memadukan antara teori dengan praktik lapangan sehingga lulusannya siap ditempatkan di dunia kerja. 

Oleh karena itu, banyak perusahaan lebih tertarik merekrut para lulusan kejuruan yang telah menguasai keahlian praktis karena dianggap lebih siap bekerja. 

Keuntungan yang akan didapat dari perusahaan adalah memperoleh tenaga kerja yang sudah terdidik sehingga bisa mengefisienkan biaya pelatihan karena mereka sudah bisa langsung bekerja di unit-unit produksi.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017