London (ANTARA News) - Presiden Bank Dunia yang mengundurkan diri Paul Wolfowitz mengatakan ia dipaksa untuk berhenti karena emosi tak terkendali menyangkut promosi pacarnya, dalam sebuah wawancara yang akan disiarkan Senin. Wolfowitz membela dua tahun masa jabatannya, dengan mengatakan ia bangga dengan prestasinya dan sedikit penyesalan, dalam sebuah wawancara dengan radio BBC World Service. Orang Amerika berusia 63 tahun itu akan mundur pada 30 Juni demi "kepentingan terbaik" bank tersebut menyusul tekanan berminggu-minggu menyangkut upah besar dan paket promosi yang ia atur untuk pacarnya Shaha Riza, seorang karyawati bank. "Saya senang bahwa pada akhirnya dewan benar-benar menerima bahwa saya bertindak dengan itikad baik dan bertindak secara etis dan saya menerima kenyataan bahwa selama kami berurusan dengan hal itu, emosi di sini begitu memanas sehingga saya tidak berpikir saya dapat mencapai apa yang ingin saya raih demi orang yang benar-benar saya perhatikan," katanya seperti dilansir AFP. Berbicara tentang potensi kerugian terhadap reputasi bank, ia menambahkan: "Semoga orang akan melihat pada sejumlah masalah tata kelola di sini dan masalah sumber daya manusia dan hal itu kemungkinan menjadi suatu poin yang lebih kuat. Seharusnya menjadi suatu poin yang lebih kuat. Menurut praktik yang diterima, menengok kembali pada pendirian bank dan Dana Moneter Internasional pada akhir Perang Dunia II, presiden AS memilih pemimpin Bank Dunia. Wolfowitz secara luas dipuji karena mengangkat profil Afrika dalam aktivitas pemberian peminjaman bank tersebut. Ditanya apakah penerusnya semestinya seorang Amerika, ia mengatakan: "Saya pikir sesuatu perlu dilakukan tentang kurang terwakilinya negara-negara Afrika. "Saya pikir jika kita akan memperhatikan suara Afrika secara serius, maka mereka perlu ada lebih banyak, juga perlu ada upaya yang jauh lebih terpadu untuk meningkatkan suara Afrika di staf bank tersebut." Berbicara tentang strateginya di bank tersebut, Wolfowitz mengatakan orang lebih senang membicarakan tentang kebijakan anti-korupsinya daripada menghadapi konsekuensi dari masalah tersebut. "Terus terang orang yang paling terinspirasi dan mereka yang paling teryakinkan dengan mudah, ternyata adalah mereka yang ada di sana yang bekerja di kantor-kantor negara," ia menambahkan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007