Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kembali menerbitkan obligasi dengan total nilai Rp3 triliun yang dibagi menjadi obligasi konvensional Rp2,7 triliun dan obligasi syariah (sukuk ijarah) Rp300 miliar. Dirut PLN, Eddie Widiono, mengatakan di Jakarta, Senin, bahwa penerbitan kembali obligasi itu karena pihaknya membutuhkan modal kerja yang besar untuk pemenuhan kebutuhan listrik nasional yang tumbuh 8,5 persen per tahun dan berjangka panjang. "Oleh karena itu, penerbitan obligasi ini merupakan upaya diversifikasi sumber pendanaan yang berjangka panjang," katanya. Dijelaskannya, obligasi konvensional yang kesembilan kali itu akan dibagi dalam dua jenis, yaitu seri A berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat kupon 9,875 - 10,625 persen per tahun, sedang seri B dengan tingkat kupon 10,375 - 11,125 persen per tahun. Untuk obligasi syariah II tahun 2007 itu berjangka waktu 10 tahun dengan imbal ijarah keseluruhan berkisar Rp29,625 miliar hingga Rp31,875 miliar per tahun. Penjamin pelaksana dalam penerbitan obligasi tersebut PT Mandiri Sekuritas dengan anggotanya Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas dan Trimegah Securities. Menurut dia, penawaran obligasi akan dilakansakan pada 3-5 Juli dan surat utang itu akan dicatatkan di Bursa Efek Surabaya (BES) pada 11 Juli 2007. Eddie mengakui kebutuhan listrik nasional belum bisa terpenuhi dan hingga kini untuk kebutuhan rumah tangga baru tercatat 55,3 persen, sedangkan Pemerintah menargetkan tahun 2015 mencapai 76 persen. Dengan penerbitan surat utang itu tercatat rasio utang BUMN bidang listrik itu sebesar 43,95 persen. Ia mengatakan, kinerja PLN masih negatif, pada 2005 masih rugi bersih Rp4,921 miliar, namun pada 2006 menyusut menjadi Rp2,8 miliar. Sebaliknya posisi pendapatan berdasarkan pelanggan PLN mengalami peningkatan kalau pada 2005 sebesar Rp63,246 miliar kemudian 2006 naik menjadi Rp70,735 miliar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007