Gaza (ANTARA News) - Tentara Israel menembak dan menciderai serius dua pejuang Hamas pada Senin dalam serentetan kekerasan baru yang muncul akibat serangan mortir ke Israel dari Jalur Gaza, kata para pejabat Hamas dan medis. Konfrontasi itu menyusul gencarnya serangan udara Israel terhadap sasaran-sasaran Hamas setelah Perdana Menteri Ehud Olmert berjanji melakukan aksi militer tak terbatas dengan tujuan menghentikan tembakan roket dari Jaza yang telah menewaskan dua warga Israel pekan lalu. Hamas mangatakan, serdadu-serdadu Israel mengarahkan tembakan artileri kepada gerilyawan yang menembakkan mortir-mortir ke Israel, di bagian selatan Gaza, sebelum fajar. Pihak pedis mengatakan, dua korban luka-luka dari Hamas itu sedang dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Sayap militer Hamas mengatakan bertanggungjawab pada Minggu bagi serentetan serangan roket terhadap Israel, salah satunya menewaskan seorang pengemudi Israel, 36, di Sderot, dan satu roket lainnya menghantam sebuah rumah yang melukai satu orang, kata medis Israel. "Tidak ada pelaku teror yang memiliki kekebalan," kata Olmert dalam pidato temu-mingguan kabinet yang disiarkan ke publik pada Minggu. Angkatan udara menggencarkan serangan udara yang menjangkau sedikitnya dua sasaran kekuatan eksekutif Hamas di Gaza dan mengarahkan ke pelaku penembakan roket Hamas, namun tidak ada korban, kata sumber Hamas. Jurubicara militer Israel membenarkan empat kali serangan udara Israel pada Minggu malam. Gerilyawan Gaza meluncurkan lebih dari 220 roket ke Israel sejak 15 Mei, melukai belasan warga Israel dan menewaskan dua orang Yahudi, kata militer Israel. Hamas menolak upaya yang dilakukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Minggu untuk menyerukan gencatan senjata guna mengakhiri aksi kekerasan berdarah itu. "Kami tidak akan menyerah, kami tidak akan mengibarkan bendera putih," kata Ayman Taha, jurubicara Hamas. Ia kembali menegaskan tuntutan kelompoknya untuk memperluas gencatan senjata termasuk untuk menghentikan aksi Israel melancarkan penangkapan-penangkapan di kawasan Tepi Barat. "Hamas menolak gencatan senjata untuk bebas, dan Hamas menolak gencatan senjata tanpa mencakup Tepi Barat," kata Taha. Seorang pejabat tinggi pembantu Presiden Abbas, Nabil Abu Rdainah mengatakan kepada Reuters, pemimpin Palestina akan menekankan suatu kesepakatan yang diterima semua pihak. Israel juga menyambut dingin rencana gencatan senjata, dan mensinyalir pihaknya tidak melakukan gencatan senjata dalam kasus ini. "Kami perlu mempersiapkan suatu konfrontasi panjang menghadapi kesepakatan internal Palestina," kata seorang pejabat Israel mengutip Olmert dalam pertemuan kabinet terbatas, seperti dikutip Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007