Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono menyatakan, Indonesia tidak perlu takut atau benci terhadap Singapura meski kekuatan militer, pertahanan dan ekonomi RI lebih lemah dibandingkan Negeri Singa itu. "Masak anggota perlemen dari sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia, takut pada Singapura yang hanya sebuah negara kecil," katanya, dalam dengar pendapat bersama Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan Komisi I DPR di Jakarta, Senin, menanggapi kontroversi Kesepakatan Kerja sama Pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) dengan Singapura yang dinilai sangat merugikan Indonesia. Juwono menegaskan, kedaulatan RI sebagai sebuah bangsa dan negara adalah nyata bukan semata-mata "hitam diatas putih". "Kedaulatan RI betul-betul sangat tergantng pada kemampuan pertahanan dan militer, seperti teknologi penginderaan dan jumlah kapal perang yang kita miliki," katanya. Dibandingkan Singapura, tambah Juwono, Indonesia tidak memiliki kekuatan pertahanan, militer dan ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kedaulatannya. "Secara hukum, kita berdaulat di atas kertas perjanjian, tetapi secara faktual kita tidak bisa begitu berdaulat karena kemampuan efektifnya tidak mampu mendukung huruf-huruf yang ada dalam setiap butir pernjanjian," tutur mantan duta besar RI untuk Inggris itu. Karena itu, Indonesia harus berani bersikap, bertarung secara intelektual dengan meningkatkan kemampuan dan teknologi pertahanannya, salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan Singapura sebagai negara adi daya di kawasan Asia Tenggra, melalui syarat-syarat yang ditetapkan. "Singapura boleh memliki uang, teknologi yang canggih, termasuk dukungan fasilitas dari Amerika Serikat (AS), tetapi satu yang tidak bisa dikuasai oleh Singapura yakni semangat nasioalisme bangsa. Karena itu, jangan kita takut dan benci dengan Singapura, justru Singapura lah yang seharusnya takut karena mereka adalah negara kecil," katanya. Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengemukakan, kerja sama dengan sejumlah negara termasuk Singapura merupakan peluang untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan TNI dalam menjalankan peran, tugas dan fungsinya. "Kita harus mencari akal, agar para prajurit tersebut tidak tertinggal jauh dalam pengenalan dan penggunaan teknologi pertahanan dan militer yang makin berkembang, salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan negara lain seperti Singapura," katanya. Kerja sama dengan sejumlah negara itu penting, mengingat anggaran pertahanan yang ada tidak memadai untuk membeli semua peralatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang makin canggih, kata Djoko. "Kerja sama dengan negara itu, adalah peluang positif untuk bisa mengenal dan memahami kemajuan teknologi pertahanan dan militer yang makin berkembang pesat. Itulah keuntungan yang tidak kasat mata," katanya. Kerja sama pertahanan RI dan Singapura, tidak akan melunturkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia apalagi menyerahkan sebagian kedaulatan negara. "Bagaimanapun kita harus maju bersama-sama dengan negara lain dengan cara apapun, peluang ada, kesempatan ada, yaa kita manfaatkan," ujar Panglima TNI.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007