Poso (ANTARA News) - Belum terbebas dari krisis premium yang sudah berlangsung selama dua pekan terakhir, masyarakat kota Poso di Sulawesi Tengah kini kembali diperhadapkan dengan kesulitan memperoleh bahan bakar minyak tanah. Pemicunya akibat adanya pembatasan pasokan stok dari agen ke setiap pangkalan. Pantauan ANTARA News, Selasa, menyaksikan antrian panjang warga yang membawa jerigen kosong di sejumlah pangkalan, antara lain terlihat di Kelurahan Lawanga, Bonesompe, Kasintuwu, dan Kayamanya, untuk menunggu giliran mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Antrian tersebut dikarenakan umumnya pangkalan hanya buka dua kali dalam seminggu, selain membatasi pembelian untuk setiap rumah tangga yaitu dari sebelumnya sampai 10 liter kini dikurangi menjadi dua liter. Ny. Jamilah, warga kelurahan Lawanga yang sedang antri di sebuah pangkalan mengatakan mereka mulai kesulitan mendapatkan minyak tanah karena pembelian di setiap pangkalan mulai dibatasi. "Sebelumnya di pangkalan ini setiap rumah tangga diberi jatah enam liter untuk waktu penjualan setiap tiga hari sekali, kini dikurangi menjadi dua liter," kata dia, dan menambahkan tapi warga setempat tetap sabar mengikuti antrian demi mendapatkan bahan bakar agar dapur tetap mengepul. Seorang pemilik pangkalan minyak tanah di Kelurahan Bonesompe mengatakan, pihaknya membatasi penjualan bahan bakar strategis untuk rakyat tersebut dikarenakan pihak agen kurun sepekan terakhir mengurangi jatah/ pasokan ke setiap pangkalan. "Pada hari ini (29/5) saja saya hanya diberi satu drum berisi 200 liter, padahal sesuai jatah yang sudah dialokasikan seharusnya mendapatkan dua drum (400 liter) atau empat ton setiap bulan," tuturnya. Pemilik pangkalan yang tak bersedia disebutkan namanya itu mengaku mendapatkan informasi dari agen bahwa terjadinya pengurangan pasokan minyak tanah ke pangkalan di seluruh wilayah Kabupaten Poso dikarenakan stok minyak tanah di Depot Pertamina Poso semakin menipis akibat kapal tangker pengangkut dari tempat penampungan BBM di Bitung, Sulawesi Utara, terlambat datang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007