Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menerima gelar Perekayasa Utama Kehormatan bidang infrastruktur dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam acara penganugerahan di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis, yang antara lain dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Basuki menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul "Terobosan dalam Pembangunan Infrastruktur untuk Mengejar Ketertinggalan."

Ia menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur dalam orasinya.

"Bangun infrastruktur bukan untuk memenuhi keinginan bermewah-mewah tapi untuk memenuhi kebutuhan dan mengejar ketertinggalan dari negara lain," ujarnya.

Menurut Basuki, kemajuan pembangunan infrastruktur saat ini belum memadai. Presiden Joko Widodo pun sering menyebut betapa tertinggalnya Indonesia dibanding negara lain dalam hal ini.

"Ini supaya kita sadari seberapa jauh kita tertinggal. Makanya, masyarakat Indonesia punya ekspektasi lebih tinggi atas layanan infrastruktur yang berkualitas sehingga kita harus memberi respons cepat atas tuntutan itu secara adil dan merata. Infrastructure for all," katanya.


Cerminan esensi kegiatan

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan gelar itu diberikan kepada Basuki karena kiprahnya mencerminkan esensi kegiatan yang banyak berperan dalam kegiatan perekayasaan infrastruktur.

"Terintegrasinya Indonesia dalam pasar ASEAN memerlukan keunggulan kompetitif. Daya saing kita yang rendah ini karena minimnya infrastruktur. Tanpa infrastruktur yang baik, Indonesia akan tertinggal di regional dan global. Inilah yang memotivasi kami memilih Pak Basuki sebagai perekayasa kehormatan 2017," tuturnya.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan: "Kalau Pak Basuki itu memang tugasnya seperti itu, jadi berikan penghargaan ya pantas. Karena itu, semangat engineering, perekayasaan, itu lebih kita perbaiki dan percepat."

BPPT sejak tahun 2007 memberikan gelar Perekayasa Utama Kehormatan kepada beberapa tokoh yang berjasa dalam inovasi/rekayasa, antara lain Emil Salim dibidang lingkungan kebumian pada 2007, dan Ciputra pada 2008 di bidang manufaktur arsitektur.

Rachmat Gobel menerima gelar itu di bidang manufaktur industri pada 2009, Arifin Panigoro menerimanya pada 2010 di bidang energi, serta Wiratman Wangsadinata mendapatkannya pada 2011 di bidang infrastruktur.

Berikutnya, Martha Tilaar menerimanya tahun 2012 di bidang kesehatan dan obat-obatan, Hatta Rajasa pada 2013 di bidang kebijakan teknologi, Hartarto Sastrosoenarto pada 2014 di bidang rekayasa industri, Jacobus Busono pada tahun 2015 di bidang teknologi manufaktur dan Indroyono Soesilo tahun 2016 di bidang teknologi maritim.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017