Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp13.226 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.259 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Data ekonomi Indonesia, yakni neraca perdagangan Agustus 2017 yang mengalami surplus menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah terhadap dolar AS," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 mengalami surplus 1,72 miliar dolar AS, dipicu oleh surplus sektor nonmigas 2,41 miliar dolar AS.

Secara umum, ia menambahkan bahwa nilai tukar rupiah yang menguat di tengah sentimen eksternal yang bervariasi dengan kecenderungan negatif menandakan kondisi perekonomian Indonesia stabil.

Sementara itu dari eksternal, lanjut dia, sentimen mengenai kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang cenderung mereda turut membuat dolar AS kurang diminati pelaku pasar uang.

"Ekspektasi pelaku pasar, The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya mengingat inflasi yang masih melambat," ucapnya.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga mengatakan bahwa prospek ekonomi Indonesia yang secara umum tetap menjanjikan sehingga akan menjaga fluktuasi mata uang rupiah terhadap dolar AS.

"Mendekati kuartal terakhir di tahun 2017, investor akan memperhatikan data fundamental untuk mempelajari keadaan perekonomian Indonesia," tuturnya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (15/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.261 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.239 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017