Jakarta (ANTARA News) - Ditjen Peternakan Departemen Pertanian (Deptan) menyediakan sekitar 70 juta dosis vaksin flu burung untuk 250 juta sampai 290 juta populasi unggas pada 2008. "Jumlah tersebut diambil dari sisa tahun sebelumnya, dan pengadaan dari APBN serta bantuan negara lain," kata Ketua Urusan Komunikasi Publik Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (AI) Ditjen Peternakan Deptan, M Zoelkarnain Hasan, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, 60 persen vaksin tersebut akan digunakan untuk daerah yang terdeteksi pernah ada kasus flu burung dan sektor empat yaitu unggas yang dipelihara di pemukiman penduduk. "Paling tidak diusahakan jumlah tersebut dapat digunakan untuk tiga kali vaksinasi," ujar dia. Selama ini, menurut dia, vaksinasi unggas di daerah yang terkena flu burung baru bisa dilakukan satu hingga dua kali, sehingga masih sering terjadi ayam yang terlihat sehat ternyata membawa virus AI ("shading"). "Shading biasanya terjadi jika intensitas pemberian vaksin tidak benar. Kemungkinan untuk menghilangkan virus paling tidak harus empat kali vaksinasi dengan jarak waktu empat bulan," ujar dia. Menurut dia, fenomena "shading" itu tidak terlalu mengkhawatirkan di sektor empat, jika masyarakat secara sadar menjaga kebersihan lingkungannya, dan melakukan bio security di lingkungannya sendiri. Dia mengatakan penemuan virus flu burung di pot bunga yang menggunakan pupuk dari kotoran ayam terjadi karena tingkat intensitas vaksinasi pada kotoran ayam tersebut belum benar. "Semakin banyak dilakukan vaksinasi tentu tingkat shadingnya akan semakin kecil," katanya. Untuk di sektor satu hingga tiga, menurut dia, sudah tidak ada masalah dalam hal vaksin. Karena pada dasarnya mereka sadar bahwa menjaga unggas mereka dari virus ini sangat penting untuk kelangsungan usaha mereka sendiri. "Otomatis mereka juga menjaga lingkungan sekitar peternakan mereka," ujar dia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007