Denpasar (ANTARA News) - Dewasa ini perempuan lebih mulia jika diidentifikasi sebagai pribadi yang feminim, dan penilaian seperti itu telah menghasilkan konstruksi sosial yang bergerak dengan nilai-nilai kemanusiaan serta kehalusan. "Dalam tradisi sastra dan berbagai kebiasaan setempat acapkali ditemukan nilai yang menempatkan perempuan dalam peran mulia sebagai ibu, istri dan pembuat aturan-aturan dalam keluarga," kata Dirjen Bimas Hindu Departemen Agama, Prof Dr IB Gede Yudha Triguna di Denpasar, Kamis. Dihadapan peserta semiloka peran, fungsi dan kedudukan wanita Hindu, ia mengatakan perempuan juga diidentifikasi sebagai seorang dewi yang memungkinkan segala bentuk persembahan menjadi sempurna di mata Tuhan. "Lebih dari itu, perempuan juga tidak terlepas dari peran di luar tugas keibuannya, dan telah memberikan kontribusi ekonomi melebih laki-laki," ujarnya. Menurut Yudha Triguna, secara riil kaum perempuan semakin bertambah yang ekspan ke wilayah publik. Sehingga dalam waktu tertentu mereka bisa menjadi usahawan, politikus, organisatoris dan lainnya. "Dalam teologi Hindu Siwatatwa dikenal konsep `Ardanariswari` yaitu simbol Tuhan dalam manifestasi sebagai setengah `purusa` (laki-laki) dan `pradana` (perempuan)," ucapnya. Makna simbolis dari konsep Ardanariswari itu, kata Yudha Triguna, bahwa kedudukan dan peranan perempuan setara dan saling melengkapi tugas kaum laki-laki. "Tidak ada alasan serta argumentasi teologis yang menyatakan, kedudukan perempuan berada dibawah laki-laki. Itu sebabnya dalam berbagai sloka Hindu dapat ditemukan aspek yang menguatkan kedudukan perempuan di antara laki-laki," jelasnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007