Pekanbaru (ANTARA News) - Beberapa helai popok dan peralatan bayi terlihat teronggok begitu saja di antara tumpukan kasur, tikar dan pakaian kumal dalam kamar tempat jasad enam anggota keluarga ditemukan tewas. Mesrawati Handayani (25) yang sedang hamil delapan bulan ditemukan tewas mengenaskan bersama tiga anaknya Ilham Kurniawan (5), Muhammad Rabel Kurniawan (3) dan Imam Kurniawan (2) dan suaminya Erwin Kurniawan (34) pada Rabu (6/6). Perempuan dengan perut besar warga Dusun Rindu Alam Kelurahan Telaga Samsam Kecamatan Kandis, Kabupaten Bengkalis, Riau itu tergeletak di atas ranjang, merangkul anak tertuanya yang berada di sisinya. Imam Kurniawan, anak bungsunya terlentang tak bernyawa di atas kepalanya, sedangkan anak keduanya disamping kaki kanannya juga telentang tak bernyawa. Erwin Kurniawan, suaminya, tertelungkup di lantai samping ranjang, berpakaian lengkap berbaju kaos krah putih dan bercelana biru. Mesrawati hanya berpakaian dalam, berkain sarung batik dan anak-anaknya tidak memakai baju. Kondisi kelimanya mengenaskan, dari mulut dan hidung keluar buih dan darah. Mesra bersama keluarganya menghuni rumah sederhana milik sebuah perusahaan perkebunan sawit. Tidak ada barang berharga di rumah tersebut. Satu-satunya barang yang terlihat masih baru dan cerah adalah pakaian bayi yang disiapkan Mesra untuk menyambut kehadiran anak keempatnya yang diperkirakan lahir bulan depan. Namun, pakaian yang dipersiapkan Mesra itu tidak pernah dipakai bayinya, sebab ia telah mati dalam kandungan Mesra. "Siapa menyangka bakal seperti ini. Minggu lalu saya berjumpa dia saat baru pulang dari pasar membeli popok dan pakaian untuk perlengkapan anaknya," ujar Muhammad Sainin (45) ayah Mesrawati. Pria itu menceritakan kali terakhir ia bertemu dengan anak ketiganya. Saat itu, ia tidak mendapatkan firasat apapun sebab tidak ada perubahan tabiat pada Mesra selain perutnya yang makin membesar. "Saya tidak tahu kenapa keluarga anak saya meninggal seperti ini," katanya. Meskipun bermukim sekitar empat kilometer dari rumahnya di Jalan Raja Ali Haji Kandis, namun Sainin mengaku jarang ke rumah anaknya. "Dia baru dua bulan pindah ke rumah di perkebunan. Suaminya baru bekerja membuat borongan proyek di situ," ungkap Sainin. Menantunya Erwin selama ini bekerja serabutan sebagai buruh dan dalam dua bulan terakhir mengerjakan pembangunan got saluran air di pemukiman perumahan PT Ivo Mas yang berjarak sekitar empat kilometer dari rumahnya. Kematian tragis keluarga anaknya itu amat mengejutkannya sebab baik anak maupun menantunya tidak pernah mengeluhkan masalah yang mereka hadapi dalam keluarganya. "Selama ini, hubungan mereka baik-baik saja dan saya tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi," tutur Sainin. Sebelum pindah ke perumahan, Mesra bersama keluarganya tinggal bersebelahan dengan rumah orang tuanya. Ditangani Polisi Ia mengakui pasrah dengan kematian tragis keluarga anaknya dan menyerahkan kasus tersebut kepada polisi. "Biarlah polisi yang menyelidiknya," katanya sesaat setelah anak, menantu dan tiga cucunya dikebumikan. Sementara itu, Kapolsek Kandis AKP Thamrin SH mengatakan dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara, satu keluarga itu diduga mati keracunan makanan. "Ada dugaan bunuh diri bersama," ujarnya. Ia mengatakan, himpitan ekonomi kemungkinan menjadi faktor penyebab keluarga miskin itu mengakhiri hidupnya. Penghasilan Erwin sebagai buruh bangunan tidak mencukupi kebutuhan keluarga belum lagi anggota keluarga tersebut terus bertambahnya. "Jika dilihat dari situasi rumah, serta anak `susun paku` ditambah pula si ibu hamil dan pekerjaan suami tak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kemungkinan mereka mengakhiri hidup karena faktor ekonomi," ujar Kapolsek. Tetangga korban juga sering mendengar keluhan pasangan yang tampak harmonis itu. Namun, katanya, dari keterangan salah seorang dari enam orang saksi yang telah diperiksanya korban juga sering mengatakan ingin bunuh diri bersama keluarganya karena tidak tahan dengan kemiskinan yang menderanya. Kapolsek menjelaskan, di saat malam kejadian tetangga korban sempat memanggil Erwin karena mereka mendengar suara erangan dari anak-anak dan istrinya. "Kepada tetangganya itu Erwin mengatakan bahwa anaknya sakit sedikit. Setelah menemui tetangganya ia langsung masuk lagi dan baru keesokan harinya diketahui sekeluarga tewas," kata Kapolsek. Menurut dia, kematian keluarga itu diketahui oleh rekan sekerja korban pada Rabu (6/6) siang. Rabu pagi, lanjut dia, korban dipanggil untuk diajak bekerja membangun parit di areal perumahan namun tidak ada sahutan. Hingga siang, Erwin dan keluarganya tidak juga menampakkan diri. "Karena curiga, rekan sekerjanya mengadu ke polisi dan diketahui lah satu keluarga telah tewas," katanya. Ia mengatakan unsur kesengajaan kematian dengan menenggak racun terlihat jelas, selain posisi jenazah juga ditemukan sisa makanan yang beracun serta botol yang diduga racun. Bahkan, pintu rumah dikunci dari dalam. "Kami masih sidik apakah makanan beracun ini dikirim orang dari luar atau tidak. Kita tunggu saja hasilnya dari laboratorium," jelas Thamsin. Menurut dia, jenazah suami-istri itu telah diotopsi. Polisi juga telah mengirim sampel makanan seperti rendang, nasi, kerak nasi, bubur, mi instan serta ampas teh ke laboratorium forensik di Jakarta. Ia juga tidak menyangkal dugaan sang suami sebagai pelaku pembunuhan istri dan ketiga anaknya. Setelah membantai anggota keluarganya, Erwin diduga menengak racun. "Tapi semuanya itu masih dalam penyelidikan kami. Kita tunggu saja hasil otopsinya," ujar Thamrin. Keluarga Mesrawati menginginkan polisi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.(*)

Oleh Oleh Evy R Syamsir
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007