Berlin (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel pada Minggu (8/10) mengatakan dia khawatir Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran pekan depan.

Trump mengkritik keras kesepakatan tahun 2015 itu, yang dia sebut sebagai "perjanjian terburuk yang pernah ada", dan para pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan dia berniat memberi tahu Kongres AS pekan depan bahwa Teheran tidak mematuhi kesepakatan.

"Amerika Serikat kemungkinan besar akan keluar dari perjanjian Iran pekan depan – itu kekhawatiran terbesar saya," kata Gabriel sebagaimana dikutip kantor berita nasional DPA.

Namun, Gabriel mengatakan Jerman tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut, yang perundingannya dibantu Berlin, guna menghentikan Iran membangun bom nuklir.

Gabriel, berbicara di sebuah acara kampanye pemilu, mengatakan pertanyaannya untuk Washington adalah: "Apa untungnya bagi kami memperlakukan Iran seolah-olah bagaimana pun mereka mengembangkan senjata nuklir?... Tidak ada".

Dia menuduh pemerintah AS "mengganti aturan hukum dengan hukum terkuat."

"Dan itu bahaya besar bagi kita karena jika Amerika Serikat mengambil jalan itu maka dunia akan berubah," ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Trump diperkirakan akan mengumumkan bahwa dia "mencabut sertifikasi" kepatuhan Iran dalam perjanjian yang mereka tanda tangani untuk membatasi program nuklir sebagai ganti pelonggaran sanksi.

Pelanjutan sanksi-sanksi akan menggelincirkan perjanjian yang dirundingkan dengan Iran oleh mantan presiden Barack Obama dan kekuatan utama dunia lainnya.

Kongres mengharuskan presiden memberikan sertifikasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan itu setiap 90 hari. Waktu sertifikasi selanjutnya adalah 15 Oktober.

Menurut peraturan, Kongres selanjutnya akan punya waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang diterapkan berdasarkan perjanjian itu. (mu)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017