Chengdu, Cina (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, menyambut baik kerjasama Artha Graha Network melalui PT Sumber Alam Sutera bersama Sichuan GuaHao Seed Industry (SGSI), sebuah perusahaan benih padi Cina, yang menyatakan sanggup untuk mendukung ketersediaan sejuta ton tambahan beras nasional pada 2007. "Penandatanganan kerjasama perusahaan Indonesia dan Cina ini merupakan upaya menyelesaikan masalah pokok perberasan nasional. Masalah beras harus diselesaikan secara tuntas dan tidak boleh setengah-setengah," kata Wapres di Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina, Minggu. Sementara itu, pada Sabtu malam, Wapres Kalla menyaksikan penandatanganan rencana kerja pengembangan Pusat Hibrida Terpadu di Indonesia antara AG Network yang diwakili Babay Chalimi dengan Chairman SGSI Jing Fusong. Wapres dalam acara itu didampingi Menteri Pertanian (Mentan), Anton Apriyantono, Kepala Perum Bulog, Mustafa Abubakar, Walikota Mianyang, Qiu Ming Jun, dan pimpinan Artha Graha Group, Tommy Winata. Menurut Kalla, bangsa Indonesia harus belajar ke Cina sebagaimana hadis Rasulullah. "Harus belajar ke Cina, kok orangnya berjumlah 1,3 miliar tidak punya masalah beras. Kok kita kesulitan terus?" katanya. Wapres Kalla menegaskan, inti pokoknya adalah produktivitas, dan produktivitas itu artinya masalah benih, pupuk dan teknologinya. "Pokoknya, tahun depan masalah beras nasional ini bisa diselesaikan. Kerjasama perusahaan nasional dengan Cina ini merupakan upaya, agar tersedia ketercukupan pangan," katanya. Kerjasama Artha Graha Group dengan SGSI menjadi satu-satunya Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara pemerintah Indonesia dan Cina dalam kunjungan kerjanya ke Beijing tahun lalu yang bisa terwujud dan jalan. "Dulu waktu kita ke Beijing dibuat MoU, lalu kita uji coba, kini sudah bisa dijalankan," katanya gembira. Ketika ditanya pers, apakah Indonesia siap menjadi produsen beras terbesar di Asia suatu saat nanti?, Kalla mengatakan, hal yang paling pokok adalah swasembada dulu. "Intinya, kita tidak bicara impor lagi tahun depan. Itu dulu persoalan pokok kita atasi, baru bicara ekspor," katanya. Sementara itu, Anton Apriyantono mengatakan, kecukupan pangan atau swasembada beras merupakan komitmen pemerintah Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, pemerintah menaruh perhatian sangat besar terhadap upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani. Ia sangat yakin teknologi, benih yang unggul dan pupuk yang tersedia pada saat ini dapat memberikan jaminan untuk mencapai target tambahan produksi dua juta ton tahun 2007 dan 5 % setiap tahunnya pada tahun-tahun berikutnya. Anton mengatakan, Artha Graha Group dan SGSI telah berhasil memproduksi benih padi hibrida varietas bernas di Desa Trimujo, Kabupaten Lampung Tengah, dengan produksi padi rata-rata 10 ton per hektare. Sedangkan,Tomy Winata mengatakan, kerjasama tersebut merupakan upaya perusahaannya untuk mendukung pembangunan pertanian nasional demi tercapainya swasembada beras berkelanjutan. "Ini semua untuk bangsa," katanya menegaskan. Ia mengatakan, pihaknya merasa terpanggil untuk membantu pemerintah untuk ikut serta dalam bisnis pengadaan beras. "Yang pasti aneh saja, kok kita negara agrasis, tanahnya banyak, musimnya bagus, cuacanya bagus, kok setiap tahun ribut terus soal beras kurang. Itu saja," ujarnya. Oleh karena itu, Anton Apriyanto memuji sikap Tomy Winata. "Kami sangat gembira bahwa Artha Graha Group bersama SGSI mempunyai perhatian besar mengenai masalah pangan. Kami mengharapkan Pusat Benih Hibrida Terpadu dapat direalisasikan pada akhir tahun 2008, dan resmi beroperasi pada awal tahun 2009, sehingga benih padi tidak lagi menjadi masalah," katanya. Dengan kerjasama ini, maka menurut Anton, Indonesia diharapkan dapat memasuki era pada 2010 dapat berperan penting dalam sektor pertanian dan perkebunan, bukan hanya untuk kawasan Asia Tenggara, tetapi juga diperhitungkan oleh dunia. Salah satu tujuan kunjungan kenegaraan Wapres Kalla ke Cina adalah untuk "diplomasi pangan", sehingga tidak heran jika ia menyempatkan diri berkunjung ke Provinsi Sichuan yang merupakan lumbung padinya Cina. Bersama rombongan, Wapres Kalla mendatangi Lembaga Riset Padi Universitas Pertanian Sichuan, yang jauhnya 2,5 jam terbang dari Beijing dan satu jam perjalanan lanjutan menggunakan mobil. Lembaga Riset Padi Sichuan merupakan salah satu pusat riset pertanian terbaik di Cina. Dari 30 jenis padi yang ada di Cina, tujuh jenis diantaranya ditemukan para ahli di Lembaga Riset yang didirikan sejak 1937 itu. Lembaga itu memiliki lahan percobaan 26,7 hektare, laboratorium lebih dari 5.000 meter persegi (m2) dan dilengkapi teknologi modern, serta dua juta literatur mengenai perbenihan dan padi. Total lahan tanam yang menggunakan teknologi dan inovasi dari Lembaga Riset Padi Sichuan mencapai 667 juta hektar dengan keuntuyngan produksi ekonomi sosial mencapai 1,17 miliar dolar AS. Belum lagi yang ditanam di negara lain, seperti Vietnam. Cina juga sudah mengirim 100 ton benih padi hasil inovasi lembaga tersebut ke Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007