Jambi (ANTARA News) - Provinsi Jambi mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan Menteri Lingkungan Hidup Asean (Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam) plus Menteri LH Australia. Kepala Biro Humas dan Umum Setwilda Pemprov Jambi, Idham Khalik di Jambi, Senin menjelaskan, pertemuan para Menteri Lingkungan Hidup Asean dan Australia di Jambi itu dijadwalkan pada 19-20 Juni 2007. Pertemuan itu secara khusus sebagai tindaklanjut pembahasan masalah kebakaran hutan di Indonesia yang menimbulkan kabut asap hingga ke negara tetangga Singapura dan Malaysia. Kebakaran hutan di Indonesia yang kerap terjadi setiap tahun akibat pengaruh alam pada musim kemarau atau pembakaran lahan untuk memperluas dan membuka areal perkebunan baru khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Dampak yang paling parah mendapat "ekspor" asap dari Indonesia ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan itu terutama Singapura dan Malaysia. Singapura pada 2006 memberikan bantuan dana hampir Rp100 miliar untuk Jambi dalam pembuatan master plan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap. Data Dinas Kehutanan Jambi mencatat kebakaran hutan dan lahan di daerah itu sepanjang tahun 2006 sedikitnya menghanguskan lahan dan hutan seluas 3.000 hektar. Pada 2005 tercatat seluas 1.280 hektar, pada 2004 (3.262 hektar), dan pada 2003 (6.326 hektar). Sementara pada 1997 merupakan kebakaran hutan terhebat dan terbesar yang menghanguskan hutan dan lahan seluas 19.306 hektar. Namun pada 1998 mulai menurun menjadi 86,25 hektar dan pada 2002 kembali terjadi yang melahap areal seluas hampir 2.000 hektar. Provinsi Jambi tergolong daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, wilayah masuk kategori rawan seluas 125.716 Ha (2,50 persen) terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sarolangun dan Muaro Jambi. Kategori sangat rawan 825.530 ha (16,85 persen) di Kab. Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi dan Batang Hari. Dampak kebakaran hutan dan asap selama ini di Jambi telah meningkatkan ribuan jumlah penderita inpeksi saluran pernapasan atas/akut (ISPA), dan menggangu kegiatan perekonomian daerah dan masyarakat.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007