Kota Gaza (ANTARA News) - Bentrokan baru antar-faksi Palestina, Senin, menewaskan 15 orang di Jalur Gaza, tempat pria bersenjata menembaki kantor pemerintah sehingga memaksa para menteri menghentikan suatu pertemuan kabinet. Korban jiwa paling akhir tersebut membuat jumlah orang yang tewas jadi 21 di wilayah rawan itu sejak babak baru pertumpahan darah antara HAMAS dan Fatah, yang beraliran sekuler, meletus Kamis. Beberapa saksi mata mengatakan pria bersenjata di atap rumah di bangunan yang berdekatan menembaki kantor pemerintah saat Perdana Menteri Ismail Haniya dari HAMAS sedang memimpin pertemuan mingguan kabinet, sehingga memaksa para menteri untuk meninggalkan lokasi pertemuan tapi tak ada korban jiwa. "Perdana Menteri menghentikan pertemuan dan meninggalkan bangunan bersama sisa menteri," kata seorang pejabat di kantor Haniya. Ia menuduh petempur dari faksi saingan, Fatah, berada di balik serangan tersebut. Dalam kerusuhan lain Senin, dua perempuan dan seorang anak yang berusia sekitar 10 tahun tewas dalam baku-tembak di Beit Lahya, sementara sebelumnya seorang pria berusia 65 tahun dan dua putranya meninggal dalam baku-tembak antara anggota HAMAS dan Fatah di kota kecil Beit Hanun di bagian utara wilayah itu. Seorang anggota setia HAMAS dan seorang anggota Fatah juga tewas dalam pertempuran tersebut. Seorang pria berusia 20 tahun tewas akibat baku-tembak di bagian utara Jalur Gaza, tapi identitasnya belum diketahui, kata petugas medis, yang juga melaporkan dua orang Palestina tewas di Kota Gaza, termasuk seorang anggota Fatah yang diculik oleh pegiat HAMAS, kata gerakannya. Seorang pengikut HAMAS juga tewas di Kota Gaza. Di tempat lain, Jamal Abu Al-Jadian, pemimpin Brigade Syuhada Al-Aqsha --yang berafiliasi longgar dengan Fatah-- di bagian utara Jalur gaza, juga tewas Senin malam, kata beberapa pejabat keamanan. Ia terlibat baku-tembak dengan petempur HAMAS di dekat rumahnya sebelum berlindung di satu rumah di dekatnya di Beit Lahiya, kata beberapa saksi mata. Tempat perlindungan Abu Al-Jadian diserang dan mayatnya dipenuhi 40 peluru, kata seorang petugas medis. Beberapa anggota keluarganya cedera, termasuk adiknya --yang meninggal akibat luka-lukanya Senin malam. Sebelum fajar, satu mayat anggota Fatah yang meninggal akibat luka tembak ditemukan di jalan di Kota Gaza, kakinya terikat, dalam apa yang dikatakan jurubicara Fatah sebagai "hukuman mati" oleh anggota HAMAS. Baku-tembak dan pertempuran itu adalah pelanggaran paling akhir terhadap gencatan senjata yang disepakati oleh kedua pihak yang bertikai dengan perunding Mesir, yang selama berbulan-bulan telah berusaha meredakan bentrokan yang kian meningkat antara kedua pihak tersebut. Dalam suatu peringatan bahwa kerusuhan dapat meluas, jurubicara HAMAS Fawzi Barhum mengatakan gerakannya "telah memutuskan untuk menghukum semua pembunuh dan penjahat" setelah memberi kesempatan kepada gencatan senjata paling akhir. Lebih dari 160 orang telah tewas sejak rangkaian pertama kerusuhan meletus pada Desember. Presiden Palestina Mahmud Abbas sebelumnya menyerukan diakhirinya pertumpahan darah itu setelah pekan lalu memperingatkan bahwa pergolakan tersebut telah membuat rakyat Palestina berada di ambang perang saudara dan itu sama merusaknya, jika tidak lebih parah, dibandingkan dengan 40 tahun pendudukan Israel. Pertempuran antar-faksi di salah satu daerah berpenduduk paling padat itu, serta serangan baru Israel sebagai balasan atas serangan roket pejuang Palestina, telah mengancam akan menenggelamkan upaya internasional guna meluncurkan kembali proses perdamaian Timur Tengah --yang macet, AFP melaporkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007