Jakarta (ANTARA News) - Sentimen pelaku pasar mengenai peta calon Gubernur baru Bank Sentral AS, The Federal Reserse, terus memperkuat mata uang dolar AS dan menekan mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat mengatakan BI pada beberapa waktu terakhir menstabilisasi nilai tukar dengan banyak membeli Surat Berharga Negara di pasar sekunder, dan juga intervensi di pasar valuta asing.

"Tapi di beberapa hari terakhir kami mulai lakukan pembelian SBN di pasar sekunder karena kami lihat ada kecenderungan kenaikan yield (imbal hasil) SBN (Surat Berharga Negara) pemerintah. BI akan terus lakukan stabilisasi kurs," ujar Perry.

Perry mengatakan penguatan mata uang dolar AS juga berdampak luas pada mata uang negara-negara lain, tidak semata hanya rupiah.

Menurutnya, dolar AS menguat dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah pembicaraan pelaku pasar yang condong memprediksikan bahwa John Taylor dan Jerome Powell akan menjadi kandidat terkuat untuk menjadi Gubernur The Fed pada Februari 2018, menggantikan Janet Yellen.

Dua kandidat tersebut dikenal sebagai ahli moneter yang "hawkish" atau cenderung lebih berani menetapkan kebijakan moneter ketat dan melakukan normalisasi moneter.

Maka dari itu, kata Perry, dalam beberapa hari terakhir, bukan hanya kurs dolar yang menguat namun juga bunga obligasi US Treasury Bill.

"Pengetatan atau normalisasi kedua kandidat ini lebih hawkish dan lebih berani dibanding Yellen," ujarnya.

John Taylor merupakan ekonom dari Universitas Standford, AS dan pernah menjadi pejabat di Kementerian Keuangan AS dan juga Dewan Penasihat Ekonomi AS. Sementara, Jerome Powell merupakan calon petahana yang masih menjabat sebagai Dewan Gubernur The Fed.

Di samping sentimen dari bursa calon pimpinan The Fed, Perry menjelaskan tekanan terhadap rupiah juga karena kinerja perekonomian AS yang terus membaik, terlihat dari kenaikan indeks manufaktur. Maka dari itu, perkiraan kenaikan suku bunga acuan The Fed semakin kuat terjadi pada Desember 2017, di samping pengurangan neraca The Fed yang dilakukan.

"Selain itu, kami mendengar bahwa Rancangan UU Pajak Presiden Trump kemungkinan bisa bergulir. Dengan stimulus fiskal, baik pengurangan pajak dan tambahan pengeluaran atau belanja itu akan mendorong lebih lanjut pemulihan ekonomi di AS," ujarnya.

Menurut kurs refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) pada Jumat ini, nilai tukar rupiah bergerak di Rp13.630 per dolar AS atau melemah dari nilai tukar Kamis (26/7) kemarin yang sebesar Rp13.560 per dolar AS.

Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi sebesar Rp13,597 atau melemah 10 poin dibandingkan posisi sebelumnya.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017