Tokyo (ANTARA News) - Lebih dari 200 orang dikhawatirkan tewas ketika sebuah terowongan longsor di lokasi uji coba nuklir Korea Utara (Korut) setelah ledakan terbaru menurut siaran-siaran berita Jepang pada Selasa (31/10).

Sebuah terowongan runtuh di Punggye-ri pada awal September, beberapa hari setelah Korea Utara menggelar uji coba nuklir bawah tanah keenamnya dan terbesar pada 3 September menurut siaran TV Asahi, mengutip sumber-sumber Korea Utara yang tidak mau namanya disebut.

Sekitar 100 pekerja terjebak dalam longsor pertama. Longsor berikutnya terjadi saat operasi penyelamatan, menyebabkan sedikitnya 200 orang dikhawatirkan meninggal menurut stasiun penyiaran Jepang.

Kecelakaan itu dipicu oleh uji coba nuklir menurut siaran TV Ashahi.

Para pakar telah memperingatkan bahwa uji coba bawah tanah dapat menyebabkan gunung longsor dan membocorkan radiasi ke atmosfer di dekat perbatasan Tiongkok.

Uji coba terbaru – yang keenam di lokasi tersebut sejak 2006 – memicu tanah longsor di area ledakan dan di luarnya menurut gambar satelit yang diambil sehari kemudian.

Citra-citra satelit yang disiarkan situs pemantau Korea Utara, 38 North, menunjukkan perubahan permukaan Punggye-ri, tempat tanah terangkat akibat getaran. Longsor-longsor kecil diikuti tanah longsor berlanjut.

Ledakan akibat uji coba nuklir terbaru menyebabkan gempa dengan magnitudo 6,3 menurut lembaga survei geologis Amerika Serikat, dan disusul beberapa gempa dengan magnitudo 4,1 setelahnya.

Jepang menilai dampak pengujian nuklir terkini yang menurut Korea Utara merupakan bom hidrogen 120 kiloton, delapan kali ukuran bom yang dijatuhkan ke Hiroshima tahun 1945.

Berkenaan dengan laporan dampak longsor di pusat uji nuklir Korea Utara tersebut, kantor berita AFP mengutip juru bicara kementerian unifikasi Korea Selatan Lee Eugene yang mengatakan: "Kami mengetahui laporan-laporan itu namun tidak tahu apa pun tentang itu."

Laporan-laporan itu datang menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Korea Selatan pekan depan. (mu)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017