Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Barat (NTB), DR Mashur, mengatakan bahwa peningkatan produksi padi di NTB pada 2006 tercatat sebagai tertinggi di Indonesia. "Peningkatan produksi padi secara nasional rata-rata lima persen, tetapi NTB mampu mencapai 13 persen sehingga daerah ini tetap menjadi penyangga pangan nasional," katanya kepada wartawan di Mataram, Rabu. Pada tahun 2006 produksi mencapai 1.6 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) meningkat dari tahun 2005 sebesar 1,5 juta ton GKG dan angka itu merupakan pencapaian produksi tertinggi yang pernah dihasilkan NTB selama ini. Luas areal panen tahun 2006 tercatat 341.418 hektar terdiri atas 293.595 hektar padi sawah dan 47.823 hektar padi ladang. "Produksi tersebut setara dengan beras 850.000 ton, sementara kebutuhan beras NTB 550.000 ton, jadi NTB masih kelebihan beras sekitar 300.000 ton, untuk itu NTB belum perlu menerima beras impor," katanya. Provinsi NTB diharuskan memberikan kontribusi sebesar 0,04 juta ton beras, dalam upaya mendukung program nasional peningkatan produksi beras sebanyak dua juta ton. Untuk memenuhi target tersebut dibutuhkan tambahan produksi Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 70.000 ton atau setara dengan 40.000 ton beras. Dikatakannya, tambahan produksi beras tersebut dirasakan sangat berat, terlebih dihadapkan dengan kondisi iklim yang kurang mendukung karena curah hujan mundur selama dua bulan dari kondisi normal. Bantuan benih kepada para petani telah disalurkan melalui Pedoman Operasional Kegiatan (POK) kabupaten/kota berupa benih padi sebanyak 3.652 ton, padi hibrida 3,3 ton, jagung 274,67 ton, jagung hibrida 240 ton dan kedelai 1.767 ton. "Sekarang kami masih menunggu bantuan dari Departemen Pertanian sebesar Rp40,2 miliar untuk diberikan kepada petani dalam bentuk benih padi, jagung dan kedelai," katanya. Sementara itu, Kepala Badan Urusan Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD) NTB, Ir. Wirham mengatakan, pemerintah pusat menyediakan dana tunda jual gabah sebesar Rp6 miliar pada tahun 2007, sehingga diharapkan mampu mengantisipasi anjloknya harga gabah terutama disaat musim panen di NTB. Dana tersebut diberikan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) pada tujuh kabupaten se-NTB. Para petani yang tergabung dalam 49 Kelompok Tani akan mendapatkan bantuan dana tunda jual gabah tersebut melalui ketua kelompok dan dana tersebut harus kembali setelah dua tahun. Pemerintah memberikan dana LUEP tanpa bunga, sehingga jika ada kabupaten yang menunggak, maka untuk tahun berikutnya tidak diberikan lagi contohnya Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2007 tidak mendapat dana LUEP karena menunggak. Musim panen raya di NTB berlangsung April hingga Mei 2007, pada saat itu gabah petani melimpah sehingga dikhawatirkan harganya merosot. Bagi petani yang telah mendapat dana tunda jual gabah, tidak perlu menjual cepat-cepat gabahnya sehabis panen, tetapi gabah tersebut disimpan dulu hingga harganya mahal. "Namun, terkadang karena kebutuhan, sehabis panen petani langsung menjual gabahnya bahkan ada petani yang menjual sebelum dipanen," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007