Appleby jauh lebih prestisius daripada Panama
Jakarta (ANTARA News) - Paradise Papers, bocoran dokumen keuangan skala besar yang mengungkap orang-orang kaya di seluruh dunia yang secara diam-diam menanamkan investasinya di luar negeri untuk mendapat pajak rendah bahkan tidak membayar pajak, terungkap.

Lantas, apa bedanya Paradise Papers yang mengungkap 13,4 juta dokumen itu dengan Panama Papers yang juga bocor tahun lalu. Salah satu anggota pendiri International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) atau Konsorsium Jurnalis Investigatif Andreas Harsono menjelaskannya.

Sebagian besar data Paradise Papers berasal dari perusahaan yang disebut Appleby, yakni perusahaan hukum di Bermuda yang membantu para nasabah di luar negeri untuk membayar pajak rendah atau tanpa pajak sama sekali. Sedangkan Panama Papers sebagian besar berasal dari perusahaan bernama Mossack Fonseca.

“Mereka sama-sama lawfirm yang membantu klien mereka membuka perusahaan cangkang di luar negeri. Jadi, kalau mau beli sesuatu di luar negeri, anda tidak mau pakai nama anda langsung, anda bikin perusahaan cangkang atau shell company. Makin rahasia, makin mahal tarifnya,” papar Andreas kepada ANTARA news saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut Andreas, Aplleby adalah perusahaan hukum yang tarifnya paling mahal di dunia, termasuk jika dibandingkan dengan Mossack Fonseca.

“Appleby jauh lebih prestisius daripada Panama,” tukas Andreas.

Ia menganalogikan, jika seseorang potong rambut di salon pinggir jalan dengan salon di pusat perbelanjaan, pasti orang tersebut berharap salon di pusat perbelanjaan akan menghasilkan potongan yang lebih baik.

“Kalau anda investasi di salon yang lebih mahal, pasti anda ingin hasil yang lebih baik kan,” ungkapnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa pengguna jasa Appleby merupakan investor yang nilai investasinya lebih besar dari dokumen yang diungkap di Panama.

“Kecantikan kan bisa dianggap sebagai investasi. Sama seperti Panama dan Appleby, mana yang anda harapkan lebih dengan investasi yang besar,” ujar Andreas.

Pada kesempatan tersebut, Andreas, yang tidak turun langsung dalam investigasi dokumen itu namun mengetahuinya, juga membenarkan terdapat tiga nama orang Indonesia yang tercantum dalam “Paradise Papers”.

“Iya, sejauh ini hanya tiga yang saya ketahui,” pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017