Jakarta (Antara) -- Energi baru dan terbarukan (EBT) sangat penting untuk wujudkan ketahanan energi di masa depan. Terlebih, Indonesia memiliki potensi EBT sebesar lebih dari 441 GW, yang sejauh ini batu terealisasi sebesar 8,89 GW.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Wawan Supriatna dalam seminar Optimalisasi EBT untuk Masa Depan Ketahanan Energi Nasional" yang diselenggarakan PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jakarta, Senin (6/11).

Wawan mengatakan, untuk menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca, pemanfaatan EBT harus dioptimalkan. "Saat ini, Indonesia memiliki banyak potensi EBT yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia antara lain panas bumi, air, bioenergi, surya, angin dan laut," ujarnya.
 
Selain optimalisasi EBT, pihaknya juga melakukan konservasi energi. Wawan mengatakan, konservasi energi merupakan upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta efisiensi pemanfaatannya.  

"Penggunaan energi masyarakat Indonesia saat ini cenderung boros. Untuk itu, pemerintah terus melakukan kampanye hemat energi yakni dengan program potong 10 persen," lanjut Wawan.

Pada kesempatan yang sama, Deputi I Kepala Staf Kepresiden Kantor Staf Presiden I Darmawan Prasodjo, mengatakan, produksi minyak bumi Indonesia semakin menurun sementara konsumsi semakin naik sehingga kebutuhan dipenuhi impor. 

"Untuk itu perlu strategi untuk mengatasi masalah tersebut, yakni dengan penggunaan EBT, dan pemerintah mendorong penggunaan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan bakar nabati (BBN)," ujar Darmawan. 




Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017