Mataram (ANTARA News) - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, memetakan jaringan narkotika yang sudah tergolong dalam kejahatan transnasional.

Kabareskrim Polri Komjen Polisi Ari Dono Sukmanto di Mataram, Selasa, mengatakan, bahwa hasil memetakan jaringan narkotika ini berangkat dari pengembangan kasus penyelundupan narkotika yang sebelumnya telah terungkap.

"Dari beberapa kasus yang kita tangani, ada beberapa perkiraan, untuk pabrik itu, ada di Taiwan, China, kemudian Myanmar, kalau Malaysia ini hanya tempat transit, lintasan saja," kata Komjen Ari Dono Sukmanto.

Kabareskrim Polri mengungkapkan hal tersebut saat menghadiri pertemuan dengan Pemerintah Malaysia melalui Polisi Diraja Malaysia (PDRM), yang diwakilkan Jabatan Siasatan Jenayah Narkotik Polisi Diraja Malaysia (JSJN PDRM) Commissioner Of Polis (CP) Datuk Seri Mohmad Salleh.

Dalam pertemuannya yang digelar di hotel berbintang kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, banyak persoalan hukum yang menjadi materi pembahasan. Salah satu pembahasan yang penting dibicarakan mengenai upaya penanggulangan dari peredaran narkotika yang kian marak dengan kondisi yang memprihatinkan di tengah masyarakat.

Karena itu, Komjen Polisi Ari Dono Sukmanto dalam keterangannya mengatakan bahwa pertemuan yang sudah terjalin sejak 11 tahun yang lalu tersebut sangat penting bagi Pemerintah Indonesia, khususnya dalam upaya pemberantasan narkotika yang tergolong dalam kejahatan transnasional ini.

"Tentunya kerja sama dengan Malaysia ini kita harapkan dapat terus terjalin, terutama dinamika yang begitu kuat untuk masalah narkotika. Karena itu, pertemuan ini sangat penting," ujarnya.

Karena sarangnya masih berada di wilayah Asia Tenggara, Pemerintah Indonesia terutama kepada aparat penegak hukum yang khusus menangani peredaran narkotika harus terus berinovasi dalam membentengi masyarakat.

Namun demikian, Ari Dono mengatakan bahwa upaya Polri dalam mengungkap gembong narkotika yang berasal dari negara luar itu belum dapat terlaksana.

"Jaringan mereka ini tentunya selalu berganti-ganti, sistem sel terputus, jadi sudah pasti kalau kita tangkap yang di Indonesia, hampir rata-rata kita tidak bisa endus ke atas lagi," ujarnya.

(U.KR-DBP/A011)

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017