Jakarta (ANTARA News) - Aktor Jepang Kora Kengo untuk pertama kalinya menyambangi Indonesia, salah satu tujuan bulan madu orangtuanya, untuk menghadiri pembukaan Japanese Film Festival 2017 awal November ini.


Film yang dibintanginya, "The Story of Yonosuke", terpilih jadi film pembuka dari festival film yang digelar Japan Foundation itu. Dalam film yang meraih banyak penghargaan di negara asalnya, termasuk Japan Film Professional Award 2014, Kora menghidupkan karakter yang polos dan kocak. 


Peran Yonosuke Yokomichi, yang ia juluki "Mas Yono" agar mudah disebut orang Indonesia, jauh berbeda dengan peran-peran sebelumnya yang cenderung muram dan berakhir tragis di dalam film.


Simak perbincangan ANTARA News dengan Kora Kengo mengenai kesannya tentang Indonesia, alasannya lebih banyak muncul di layar lebar, hingga pergeseran tipikal peran yang ditawarkan kepadanya.





Menurutmu seberapa signifikan sih festival film seperti ini dalam memperkenalkan film Jepang ke Indonesia?

Penting sekali. Walaupun saya sudah main film, kan percuma kalau tidak ada yang menonton. Makanya melalui festival ini karya saya bisa lebih dikenal (di Indonesia).





Ini kan kali pertama ke Indonesia, bagaimana kesan-kesan sebelum dan sesudah ke Indonesia?

Berubah sekali. Sebelum datang ke tempat yang tidak dikenal, ada perasaan tidak tenang, khawatir ada sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya. 

Tapi ternyata setelah datang ke sini, perasaan was-was saya hilang. Banyak orang Indonesia yang sangat ramah pada saya. Tidak pernah saya merasa kesulitan dalam beberapa hari ini. 

Di Yogyakarta, setiap orang yang saya lihat pasti tersenyum pada saya, jadi saya sendiri juga menjadi terbuka.




(Baca juga: Aktor Jepang Kora Kengo nikmati liburan di Yogyakarta)




Awal terjun ke dunia akting?

Waktu berusia 16 tahun, saya masih duduk di bangku SMA di Kumamoto. Saya jadi salah satu staf penyusun majalah komunitas Kumamoto. Kebetulan salah satu orang redaksi majalah itulah yang memperkenalkan saya pada perusahaan manajemen saat ini. Dari situ saya mulai masuk ke dunia hiburan.




Kora dulu sering memerankan karakter-karakter yang suram, misalnya di "Snake and Earrings", "Into the White Knight (Byakuyako)" dan "Norwegian Wood". Tapi sekarang Kora juga berakting untuk peran-peran ceria seperti di "Yonosuke Yokomichi". 

Iya, sejak debut saya memang banyak memainkan karakter yang suram. Ketika berakting, saya kan harus benar-benar menyelami karakter itu. Kadang, rasanya berat juga. Tapi sejak berakting menjadi Yonosuke Yokomichi, saya sering mendapat tawaran karakter yang ceria.

Saya bukan dalam posisi yang bisa menentukan apakah saya akan mendapat peran suram atau ceria. Tapi semenjak film "Yonosuke Yokomichi", orang jadi berpikir "Oh, Kora Kengo bisa juga ya berakting seperti itu". Tipe karakter yang saya perankan pun jadi sedikit berubah.





Apakah setiap berakting, karakter itu jadi menyatu juga dengan kepribadian asli kamu?

Iya, hal seperti itu memang terjadi. Ketika berakting, kita kan melebur dengan peran yang dimainkan. Memang tidak semua karakter, tapi sebagian peran akhirnya menyatu dengan kepribadian saya sendiri.  Rasanya berat juga, saya tidak menyukainya. Tapi saya pikir berkat semua peran yang dulu, saya bisa jadi seperti sekarang ini.  Tapi sebenarnya perasaan berat dan tidak suka itu masih saya rasakan hingga dua tahun lalu. 




Lalu bagaimana caranya Kora Kengo bisa lepas dari karakter yang dimainkan? Misalnya tahun ini ambil peran ceria, tahun depan pilih yang suram? Atau liburan dulu?

Kadang-kadang sih tidak ada masalah, saya bisa langsung berakting di proyek berikutnya. Tapi kalau saya merasa "sepertinya kalau dipaksakan justru saya tidak bisa berakting maksimal", saya akan istirahat dulu.

Secara umum, idealnya buat saya itu paling banyak dalam setahun cukup satu sampai tiga (proyek). Buat saya, itulah yang ideal. Tapi orang-orang kan juga harus mencari nafkah untuk hidup. Jadi ada juga aktor atau aktris yang mengambil banyak pekerjaan (dalam setahun).





Kamu lebih banyak bermain dalam film ketimbang drama televisi, sengaja fokus ke layar lebar?

Iya, memang sengaja. Saya memang dari dulu suka sekali dengan film, saya juga dibesarkan di dunia perfilman. Bisa dibilang, saya dari dulu memang berkomitmen untuk bermain di layar lebar. Dibandingkan rekan-rekan seumuran, mungkin saya agak berbeda di bidang itu. Tapi saya sekarang lebih fleksibel kok. 

Saya dulu punya impian, film-film di mana saya jadi pemeran utama akan selalu laris dan ditonton banyak orang sampai bioskopnya penuh. Tapi itu tidak mudah diwujudkan. Tidak cukup bila saya hanya membatasi diri dengan main film saja. Oleh karena itu, saya mencoba tantangan lain. Pada akhirnya, bermain film saja tidak cukup, maka saya menghadapi tantangan lain dengan bermain di drama televisi.





Seandainya tidak menjadi aktor, apa yang Kora Kengo lakukan sekarang?

Mungkin saya masih di Kumamoto... Kalau tidak di Kumamoto, saya mungkin masih di Fukuoka. Apa ya yang akan saya kerjakan? Mungkin jadi penjual yakitori (makanan semacam sate)?





Beritahu satu hal tentang Kora Kengo yang tak banyak diketahui orang lain?

Satu hal tentang saya? Saya tipe orang yang ekstrem dalam hal apa pun, kalau tidak nol ya seratus. Saya berusaha menyeimbangkan diri antara diri saya sebagai pesohor dengan diri saya sebagai orang biasa yang bukan aktor.




Peran apa yang ingin dimainkan di masa mendatang?

Sampai sekarang, saya merasa beruntung sebagai seorang aktor karena mendapat kesempatan untuk memerankan karakter yang hanya bisa diperankan oleh saya pada usia saat itu. Saya sebentar lagi berusia 30 tahun (Kora berulang tahun pada 12 November), jadi saya berharap bisa mendapat peran yang sesuai dengan usia 30-an. 




Pesan untuk penggemar di Indonesia?

Sejak mengunjungi Indonesia, saya jadi jatuh cinta pada negara ini. Indonesia benar-benar indah dan luar biasa. Saya senang bisa ke sini untuk memperkenalkan film-film Jepang ke Indonesia dan bisa ditonton banyak orang di sini.




Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017