Jakarta (ANTARA News) - Tersangka berbagai tindak pidana terorime, Abu Dujana, ternyata menjadi orang yang mengelola pendanaan berbagai aksi terorisme di Indonesia. "Ia mengirimkan uang setiap pekan kepada kelompoknya," kata Kepala Satgas Antiteror Polri, Brigjen Pol Suryadarma Salim, didampingi Kabareskim Komjen Pol Bambang Hindarso Danuri, dan Kepala Divisi Humas Irjen Pol Sisno Adiwinoto, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan Abu Dujana pernah juga mengirim uang ke Filipina dari bank untuk dipakai pelatihan militer di Mindanao. "Kita mempunyai bukti bahwa Abu Dujana tiga kali mengirim uang lewat bank di Surabaya ke Filipina. Orangnya sudah kita tangkap," katanya. Selain mengelola pendanaan, keterlibatan Abu Dujana antara lain menyembunyikan burunan Mukhlas yang kini jadi terpidana mati bom Bali I, menyembunyikan dan membantu Noordin M Top dan Dr Azahari. Selain itu, menyimpan bahan peledak dan senjata api di Yogyakarta, Solo, Surabaya dan Poso, mengadakan latihan militer di Gunung Sumbing, Jateng, dan melakukan survei rencana pembunuhan Rektor Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga. Juga mengirim orang-orang terdekatnya ke Poso untuk merekrut warga lokal dalam aksi terorisme di Poso, mengirim bahan peledak dari Surabaya ke Poso, memerintahkan pembuatan bom di Poso, menerima uang hasil rampokan Rp400 juta di Poso dari Hasanuddin (terpidana 20 tahun kasus mutilasi di Poso), serta mengirim anak buahnya untuk mengendalikan terorisme di Poso. Abu Dujana juga pernah mengikuti latihan militer di Afganistan dengan predikat nomor satu. Dalam kesempatan itu, Polri juga menunjukkan rekaman pengakuan Abu Dujana soal struktur JI, dimana ia menjadi pimpinan sayap militer. Abu Dujana yang dalam rekaman itu memakai baju koko, terlihat berbicara cukup lancar dalam menjelaskan penyimpanan bahan peledak yang ditemukan Polri di Sukoharjo pada Maret 2007. (*)

Copyright © ANTARA 2007