Kupang (ANTARA News) - Mantan Panglima ABRI (Pangab), Jenderal (Purn) TNI Wiranto, mengaku, membentuk partai politik Hati Nurani Rakyat (Hanura) untuk memperkuat dukungan terhadap dirinya dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2009 mendatang. "Seseorang membentuk partai tentu karena ada keinginan politik. Saya masih calon presiden dari Partai Golkar, tetapi tidak bisa hanya berdiam diri saja, nongkrong tunggu durian runtuh tanpa kehendak yang jelas," kata Wiranto, di Kupang, Jumat, ketika mengomentari pandangan kalangan tertentu yang menyatakan ia membentuk partai baru agar dapat dicalonkan dalam pilpres 2009. Saat pilpres tahun 2004, Wiranto merupakan kandidat yang diusung Partai Golkar meskipun bukan sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, karena saat itu ia memenangkan pertarungan dalam konvensi partai golkar guna mengusung kandidat. Menurut dia, sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang Undang Dasar (UUD) 1945 yang telah diamandemen, statusnya sebagai calon presiden dari Partai Golkar itu belum dihapus. Namun, ia tidak mau hanya berdiam diri dengan statusnya itu sehingga berupaya menjemput bola dengan membentuk Partai Hanura pada tanggal 21 Desember 2006. Kini partai yang dipimpinnya itu telah memiliki badan pengurus di 33 provinsi dan 443 kabupaten/kota dalam wilayah Indonesia, termasuk Provinsi NTT dan 16 kabupaten/kota di NTT yang telah dilantik kepengurusannya, Jumat (15/6). "Kalau semata-mata hanya begitu (berdiam diri), jadinya kita nggak punya suatu kehendak untuk menjemput bola. Semangat itu yang saya wujudkan dalam membangun partai," ujarnya. Wiranto pun tidak mengelak ketika kalangan tertentu menuding dirinya membentuk partai agar mendapat peluang sebagai kandidat calon presiden dalam pilpres 2009. "Boleh-boleh saja ada pandangan seperti itu, itu pandangan pragmatis, saya tidak bisa menolak. Partai politik yang saya bangun ini berangkat dari keinginan untuk membangun bangsa dengan paradigma baru yakni politik yang berbasis hati nurani rakyat," katanya. Wiranto pun mengakui, kalangan tertentu di Jakarta menuding dirinya sebagai politisi kutu loncat karena berpindah dari Partai Golkar ke Partai Hanura namun ia membantah tudingan kutu loncat itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007