Banjarmasin (ANTARA News) - Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Suwardi Sarlan mengajak semua pihak atau seluruh lapisan masyarakat bersama-sama membudidayakan puspa dan satwa langka tanah air, terutama di provinsinya.

"Pembudidayaan tersebut berarti pula sebagai upaya pelestarian, di samping terus menjaga dari tangan-tangan orang tidak bertanggung jawab sehingga membuat punah," lanjutnya di Banjarmasin, Jumat.

Pasalnya di Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota banyak puspa dan satwa langka, terancam punah, baik karena ulah mereka yang tidak bertanggung jawab maupun sebagai sebab akibat penebangan hutan serta pembukaan lahan tanpa mengindahkan ekosistem.

Sebagai contoh anggrek hitam, sebuah puspa (bunga) asal pedalaman Pegunungan Meratus, sulit mendapatkannya belakangan ini, serta satwa landak dan tranggiling (tanggiling - sebutan bagi orang Banjar Kalsel).

"Banyak lagi jenis fauna dan flora khas Kalsel yang terancam punah, memerlukan pelestarian, antara lain kerbau rawa, burung belibis, pohon kasturi (mangga fera delmy), dan tandui (mangga tandui sp)," lanjutnya.

Menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara, Balangan dan Kabupaten Tabalong itu, selain untuk menjaga kelestarian agar tidak punah, pembudayaan tersebut juga bisa mendatangkan nilai ekonomi.

"Bahkan tidak menutup kemungkinan dari pembudidayaan tersebut menjadi bernilai ekonomi tinggi," lanjut politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bergelar sarjana agama itu menjawab Antara Kalsel.

Oleh sebab itu budidaya bisa mendatangkan keuntungan ganda, yaitu pelestarian dan nilai ekonomi bagi kehidupan seseorang atau masyarakat dan daerah, demikian Suwardi Sarlan.

Ajakan laki-laki kelahuran 1973 yang juga Ketua Fraksi PPP DPRD Kalsel itu dalam memaknai peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) tahun 2017, yang mungkin banyak orang tak mengetahui.


Pewarta: Sukarli
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017