Jakarta (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengaku belum tahu menahu insiden di DPD-nya di DKI Jakarta berupa penyerangan sekelompok orang terhadap empat orang utusan calon Wakil Gubernur, Slamet Kirbiyantoro, pada Kamis (14/6) malam yang mengakibatkan seorang luka-luka. "Saya belum menerima laporan lengkap tentang kejadian itu, sehingga saya tidak tahu dan belum tahu apa yang akan DPP lakukan terkait kejadian itu," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Pramono Anung, ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat. Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Agung Imam Sumanto, mengatakan bahwa pihaknya telah menyerahkan penyelesaian insiden itu kepada DPP untuk ditindaklanjuti. Keributan di kantor DPD PDIP DKI Jakarta itu bermula dari kedatangan empat orang ke kantor DPD untuk menagih sejumlah uang yang diberikan calon wagub dari PDIP, Slamet Kirbiyantoro, untuk mendampingi Calon Gubernur (Cagub) Fauzi Bowo, kepada salah seorang anggota partai berlambang kepala banteng itu. Namun, mereka belum sempat bertemu dengan anggota partai dimaksud, tiba-tiba datang sekelompok orang yang membawa senjata tajam, seperti clurit dan golok, serta langsung menyerang keempat orang utusan Slamet Kirbiyantoro. Merasa terancam, keempat orang itu langsung lari dan terus dikejar oleh sekelompok orang tak dikenal tersebut. Namun, salah satu diantaranya bernama Soleh tersandung batu hingga sempat dibacok oleh salah seorang kelompok tak dikenal itu, dan kini masih dirawat di Rumah Sakit (RS) Mitra Internasional. Slamet Kirbiyanto atau yang akrab di sapa "Kirbi" itu dicalonkan oleh DPP sebagai Cawagub DKI Jakarta mendampingi Fauzi Bowo alias Foke. Namun, Kirbi tidak berhasil lolos dan namanya digantikan oleh Prijanto. Kecewa dengan kenyataan tersebut, Kirbi yang telah memberikan sejumlah uang kepada salah seoarng anggota partai berniat untuk meminta kembali uang yang telah disetorkan tersebut. Niat itu didukung oleh empat orang yang menawarkan diri untuk membantu menagih uang yang telah disetorkan tersebut. "Empat orang itu, yang mengenalkan teman saya, jadi saya sebelumnya tidak kenal," ujar Kirbiyantoro, yang mantan Panglima Komando Daerah Jakarta Raya (Pangdam Jaya), saat dihubungi ANTARA News. Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, menanggapi kejadian tersebut menyatakan bahwa sepenuhnya merupakan kewenangan aparat keamanan untuk menyelesaikannya. "Kalau masalah pembacokan itu urusan aparat keamanan," ujarnya di Balaikota Jakarta, Jumat. Ia mengharapkan, permasalahan ketidakpuasan itu dapat diselesaikan dengan cara yang baik tanpa adanya kekerasan. "Masalah pencalonan itu kan terkait menang atau kalah, jadi masing-masing tahu risikonya, kenapa mau memberi. Kalau ada buktinya kan bisa dituntut namun jangan pakai cara-cara kekerasan," ujar Sutiyoso. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007