Jalur Sutera adalah salah satu penemuan terbesar bangsa China sejak lebih dari 2.000 tahun lalu untuk menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika.


Presiden China Xi Jinping dalam pidatonya saat membuka "Belt and Road Forum" di Beijing pada Mei lalu menyebut bahwa rute maritim kuno ini telah membuka jendela persahabatan diantara bangsa-bangsa dunia, dan menambah sebuah bab penting dalam sejarah perkembangan manusia.

Salah satu bukti bagaimana bangsa-bangsa saling terhubung lewat penemuan Jalur Sutera adalah bangkai kapal karam yang ditemukan di pesisir Belitung, Indonesia. Kapal bernama "Batu Hitam" itu menyimpan lebih dari 60 ribu porselen dari China yang akan dibawa ke Timur Tengah.

Pusat Gerabah Tongguan yang terletak di Changsha, Ibu Kota Provinsi Hunan, China, telah menjadi pionir eksportir gerabah dan porselen sejak masa Dinasti Tang (618-907). (ANTARA News/Yashinta Difa)


Sekitar 50 ribu dari porselen yang ditemukan pada 1998 itu berasal dari Pusat Gerabah Tongguan, Changsha, Provinsi Hunan, yang menjadi pionir eksportir porselen China.




Telah menjadi basis produksi porselen sejak masa Dinasti Tang (618-907), gerabah dari Tongguan terkenal dengan porselen glasir dan porselen dekoratif yang memadukan kaligrafi, lukisan, patung, puisi, dan peribahasa sebagai ornamen.

Bahkan pada masa itu gerabah dan porselen dari Tongguan telah diekspor ke lebih dari 20 negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah melalui pelayaran Jalur Sutera.

Salah satu master porselen China, Tan Yichao, mengatakan bahwa metode porselen glasir berwarna pertama kali ditemukan di Tongguan.



Salah satu master porselen Tongguan, Tan Yichao (72), menjelaskan proses pembuatan patung Lei Feng, seorang tentara yang menjadi panutan warga China karena pengabdian dan kerelaan berkorban bagi negaranya. (ANTARA News/Yashinta Difa)

"Produk porselen dari sini juga spesial karena bahan dasarnya adalah tanah Gaoling yang sangat liat dan mudah dibentuk," kata pria berusia 72 tahun itu kepada para wartawan Asia, termasuk Antara, yang berkunjung ke Tongguan pekan lalu.

Ciri khusus yang bisa dicermati dari karya-karya porselen Tongguan adalah penggunaan warna merah dari batu Cinnabar.

Para master porselen di Tongguan tidak hanya memproduksi porselen untuk kebutuhan sehari-hari seperti alat makan dan minum, pot, gantungan kunci, tetapi juga guci, hiasan, dan patung tokoh-tokoh China yang banyak dijual di sepanjang jalan Tongguan.

Porselen oleh orang China tidak hanya dilihat dari sisi praktisnya saja, tetapi sebagai warisan sejarah dan budaya yang tidak ternilai.



Liu Kunting (54), menunjukkan cara pembuatan gerabah Tongguan menggunakan bahan dasar tanah Gaoling.(ANTARA News/Yashinta Difa)



Wakil Ketua Asosiasi Industri Gerabah Tongguan, Liu Kunting, misalnya, memiliki koleksi gerabah tertua berupa stempel dari Dinasti Han (206 SM-220), di samping koleksi antik lainnya yang disimpan di galeri "Niren Liu" yang ia dirikan pada 2003.

Mengoleksi karya gerabah dan porselen antik dianggap Liu sebagai kewajiban dirinya untuk meneruskan tradisi kerajinan gerabah dan porselen khas Tongguan.

Liu sendiri telah mengajarkan keahlian membuat gerabah dan tembikar kepada sekitar 40 murid, serta mempelajari teknik pembuatan patung binatang khusus dari Akademi Seni Zhejiang.

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah porselen "Elang" yang ia desain dan produksi khusus untuk dipajang di Ruang Hunan, Aula Besar Rakyat di Beijing.


Medium Pertukaran Budaya

Saat ini Tan Yichao dan kawan-kawannya sedang menyelesaikan pembuatan 500 buah patung porselen Confucius, pesanan Kementerian Luar Negeri China.

Patung-patung bapak filosofi China itu akan dipajang di Institut Confucius yang tersebar di berbagai negara sebagai pusat pendidikan bahasa dan budaya China.

Pembuatan 500 buah patung porselen Confucius, pesanan Kementerian Luar Negeri China. (ANTARA News/Yashinta Difa)

"Porselen juga bisa digunakan sebagai medium pertukaran budaya, karena produk ini adalah warisan bangsa China sejak zaman kuno," tutur Tan.

Tidak hanya Confucius, beberapa tokoh terkenal lain juga diabadikan dalam bentuk patung porselen seperti pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong serta Lei Feng, seorang tentara yang menjadi legenda komunis karena kerendahan hati dan sikapnya yang tidak mementingkan diri sendiri.





Patung Lei Feng (ANTARA News/Yashinta Difa)

Tantangan terbesar untuk membentuk patung-patung tersebut, menurut Tan, adalah bagaimana menunjukkan semangat dan karakter mereka kepada setiap orang yang melihat. Prasyarat ini membutuhkan keahlian dan ketelitian yang mumpuni dari para master porselen

"Misalnya untuk patung Lei Feng, kami membutuhkan satu tahun untuk mendesain karakternya sebelum bisa mengaplikasikan seluruh teknis pembuatan yang membutuhkan waktu satu hingga tiga hari untuk setiap patung," kata Tan.

Selain sebagai pusat produksi porselen, Tongguan juga dipromosikan sebagai salah satu objek wisata budaya oleh pemerintah Changsha.

Didukung nilai-nilai sejarah, budaya, dan artistik, wilayah ini menjadi pusat mempelajari seni porselen China, budaya Huxiang, dan hubungan China dengan dunia bahkan sejak beribu tahun lalu.

Pada 2010, Pusat Gerabah Tongguan masuk sebagai Situs Taman Arkeologi Nasional dan mulai dikembangkan. Fase pertama konstruksi meliputi antara lain pelestarian dan pembangunan ruang pameran, serta infrastruktur dan fasilitas pendukung.

Fase kedua mencakup penggalian arkeologi, pelestarian dan pameran peninggalan budaya seperti situs Wuang Xing yang merupakan metode kuno pembakaran gerabah berbentuk susunan batu bata memanjang dengan tiga lubang uap.



Situs Wuang Xing menunjukkan alat pembakaran gerabah tradisional berbentuk susunan batu bata memanjang dengan tiga lubang uap, yang diasosiasikan dengan naga dan terkenal dengan sebutan "dragon kiln". (ANTARA News/Yashinta Difa)

Bentuknya yang memanjang hingga 49 meter diasosiasikan dengan naga dan disebut "pinyin", digunakan secara tradisional untuk membakar gerabah dan porselen dengan suhu mencapai 1.300 derajat Celcius.

Wuang Xing sendiri dalam bahasa China berarti kemakmuran, karena sejak masa Dinasti Tang industri gerabah dan porselen menjadi mata pencaharian utama warga Tongguan, sebuah tradisi yang masih hidup hingga kini.





Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017