Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) India, Pranab Mukherjee, mengatakan bahwa tujuan dari pengembangan kerjasama teknologi nuklir negerinya ialah untuk maksud damai, tapi ada halangan dari Amerika Serikat (AS). Pernyataan tersebut dikemukakan Mukherjee dalam temu pers bersama dengan Menlu RI, Hassan Wirajuda, di Jakarta hari Senin saat ditanya mengenai jenis kerjasama tawaran India kepada Indonesia di bidang pengembangan nuklir. "Tujuan kerjasama pengembangan teknologi nuklir untuk maksud damai dan mencabut halangan itu," katanya. Mukherjee menjelaskan bahwa India sedang melakukan perundingan dengan Amerika Serikat mengenai halangan itu. "Kita sedang melakukan perundingan dengan Amerika Serikat. India dihalangi memperoleh akses pada bahan bakar dan materi nuklir. Jika halangan itu dicabut, kita dapat melakukan perdagangan nuklir dengan negara lain," katanya tanpa menyinggung mengenai tenggat kerjasama Indonesia-India di bidang teknologi nuklir tersebut. Kesepakatan mengembangkan enerji alternatif merupakan salah satu bidang kerjasama baru, yang ditandatangani kedua menteri luar negeri itu, selain kerjasama zona ekonomi khusus, perjanjian ekstradisi dan kemudahan dalam pemberian visa sebagai hasil pertemuan ketiga komisi bersama Indonesia-India di Jakarta, 15-18 Juni 2007. Delapan tahun lalu, Amerika Serikat menjatuhkan hukuman kepada India, yang dianggapnya mengganggu ketertiban nuklir global ketika India melakukan uji nuklir. Jika perundingan antara kedua pemerintah itu mencapai kata sepakat, Amerika Serikat akan mengirim bahan bakar dan teknologi nuklir ke India. Sebaliknya, India akan menerima pemeriksa Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap 14 sarana nuklir sipilnya. Namun, kedua negara itu masih harus memuluskan rincian teknis dan 45 negara anggota pemasok nuklir harus mengubah aturannya untuk memungkinkan India menerima pengapalan bahan bakar nuklir. Selain kerjasama di bidang pengembangan teknologi nuklir, pertemuan komisi bersama itu juga membahas perkembangan kerjasama teknologi informasi, teknologi satelit untuk penginderaan jauh, pendidikan dan pengobatan jarak jauh, serta kelanjutan kerjasama teknologi ruang angkasa, terutama setelah Second Telemetry Tracking and Command Centre berdiri di Biak dan satelit LAPAN TUBSAT Micro diluncurkan oleh roket India pada Januari 2007. "Ada hubungan baik antara Indonesia dengan Badan Penelitian Antariksa India," kata Hassan Wirajuda. Saat diminta pendapatnya mengenai tanggapan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, yang mengharapkan keterlibatan negara di sekitar selat Malaka dalam penanganan keamanan perairan itu, Mukherjee mengatakan bahwa India dengan senang hati akan turut berperan memberikan jaminan keamanan pelayaran guna mencegah hambatan pasokan barang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007