Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta bergerak naik 25 poin menjadi Rp13.502 per dolar AS dari Rp13.527 per dolar AS pada awal perdagangan Selasa pagi.

"Nilai tukar rupiah kembali terapresiasi seiring dengan sentimen inflasi Indonesia yang terjaga," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi November sebesar 0,2 persen sehingga inflasi tahun kalender Januari-November mencapai 2,87 persen dan inflasi tahunan 3,3 persen.

Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi tahun 2016, 2017, dan 2018 tanggal 21 Mei 2014, pemerintah menetapkan sasaran inflasi periode 2016-2018 berturut-turut empat persen, empat persen dan 3,5 persen masing-masing dengan deviasi satu persen.

Reza mengatakan pergerakan rupiah ke depannya akan relatif terbatas di tengah antisipasi pelaku pasar uang terhadap data ekonomi nasional menjelang akhir tahun guna mempelajari strategi investasi selanjutnya.

"Diharapkan Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini di atas lima persen sehingga pergerakan rupiah tidak tertahan dan melanjutkan apresiasinya," katanya.

Ia menambahkan salah satu faktor yang juga dapat menahan pergerakan rupiah yakni sentimen mengenai pembahasan rancangan program reformasi perpajakan Amerika Serikat yang dinilai mulai ada kejelasannya.

"Program pajak Amerika Serikat itu diperkirakan dapat mendorong ekonomi meningkat, kondisi itu dapat mendorong permintaan aset berdenominasi dolar AS meningkat," katanya.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017